Jayapura (ANTARA) - Terjadi kesalahan penyebutan nama sekaligus pemuatan foto narasumber dalam berita berjudul "Pendiri OPM sebut Veronica Koman tak berhak bicara masalah Papua" ini, yakni Nicholas Youwe. Seharusnya Nicholas Messet.
Kesalahan berasal dari sumber penulisan berita ini, yakni siaran pers Satgas Nemangkawi, dan setelah kami konfirmasi ulang Satgas mengoreksi kesalahan tersebut.
Dengan demikian kami perbaiki pula kesalahan dalam berita ini. Mohon maaf atas kekeliruan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Terima kasih.
Berikut selengkapnya berita yang sudah diperbaiki:
Tokoh senior Papua yang juga pendiri Organisasi Papua Merdeka (OPM) Nicholas Messet menegaskan, Veronica Koman yang selalu memprovokasi dari pelariannya di Australia, sama sekali tidak punya hak untuk bicara masalah Papua.
"Anda, Veronica Koman, bukan orang Papua. Anda tidak lebih dari seorang provokator,” ujar Nicholas Messet, salah seorang mantan tokoh senior pendiri OPM, dalam acara webinar “Memahami Papua, serta Upaya Penyelesaian Secara Kolaboratif dan Holistik", Sabtu.
Tokoh Papua yang akrab disapa Nick Messet itu mengatakan dalam kondisi sekarang sudah tidak ada lagi keraguan dari Pemerintah Republik Indonesia dalam membangun Papua. Karena itu, berbagai pihak yang selalu memprovokasi masyarakat, agar menghentikan aktivitasnya.
“Anda hanya mencari keuntungan atas kekisruhan ini. Saya harap, Anda Veronica Koman jangan campuri lagi urusan Papua, Anda adalah provokator yang pengecut bersembunyi di luar negeri,”ujar Nick Messet.
Veronica Koman dikenal setelah terjadinya demonstrasi di Papua yang dipicu oleh insiden rasis di Surabaya pada 4 September 2019. Veronica Koman ditetapkan sebagai tersangka, karena dituduh telah melakukan penghasutan dan memprovokasi melalui media sosial, saat ini berada dalam pelariannya di Australia.
Menurut Nick Messet, masih ada kelompok kriminal di Papua, tapi eksistensinya sudah semakin melemah, yaitu OPM tersebar dalam empat faksi, yaitu Komite Nasional Papua Barat (KNPB) dengan Presiden Victor Yeimo.
Kemudian, United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dengan Presiden Benny Wenda, OPM Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (OPM-TPNPB) dipimpin Jeffrey Bolmanak, dan Kelompok Negara Federal Republik Papua Barat (NFRPB) dengan Presiden Forkorus Yaboisembut.
“Sekarang dengan pendekatan antropologi budaya yang dilakukan pemerintah pusat di Jakarta, pemberdayaan masyarakat adat dan hak-hak masyarakat adat di Papua harus menjadi perhatian. Orang Papua harus segera bangkit dari keterpurukan,” kata Nick Messet.
Berita Terkait
Satgas Damai Cartenz kembali tangkap pemasok senpi dan amunisi KKB
Selasa, 5 November 2024 20:42
Wakapolda: KKB serang dan menembak warga di Intan Jaya
Minggu, 3 November 2024 19:15
Kaops: Satgas Damai Cartenz perketat keamanan antisipasi kasus penyanderaaan
Kamis, 3 Oktober 2024 13:35
Asops Kapolri apresiasi tim gabungan TNI/Polri bebaskan Pilot Philip Mehrtens
Minggu, 22 September 2024 2:34
Kompolnas harap kasus penyanderaan Pilot Philip menjadi yang terakhir
Minggu, 22 September 2024 2:32
Kapolri apresiasi personel gabungan Polri-TNI membebaskan pilot Philip Mehrtens
Sabtu, 21 September 2024 19:03
Pesawat yang ditumpangi Pilot Philip tiba Jakarta pukul 20.00 WIB
Sabtu, 21 September 2024 17:37
Pangdam XVII/Cenderawasih: Terus perkuat koordinasi pemda di daerah rawan konflik
Sabtu, 21 September 2024 17:14