Jayapura (ANTARA) -
Pengolahan limbah plastik, menjadi tanggung jawab bagi pelaku industri dan rumah tangga dalam upaya melestarikan lingkungan. PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), sebagai perusahaan produsen pupuk dan petrokimia, turut menjawab tantangan ini melalui beragam upaya pengelolaan limbah dari proses produksi, sebagai komitmen perusahaan di bidang Environmental, Social, dan Governance (ESG).
Salah satu langkah perusahaan dalam bidang pengelolaan limbah padat adalah terobosan inovasi PKT dalam pengolahan limbah plastik PET (Polyethylene terephthalate) yang dibuat menjadi bahan Aspal Beton Ramah Lingkungan atau yang dinamai Green Asphalt.
Masih dalam momentum peringatan Hari Bumi, Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi menjelaskan pihaknya ingin memperkenalkan inovasi pengelolaan limbah Green Asphalt sebagai salah satu upaya 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang telah dikembangkan sejak tahun 2020.
"Inovasi ini kami terus kembangkan untuk menjawab tantangan pengelolaan limbah plastik PET yang terdiri dari kemasan-kemasan bahan baku dan produk perusahaan agar dapat memiliki nilai guna tambahan. Salah satunya, adalah alih fungsi limbah plastik sebagai bahan campuran untuk infrastruktur jalan," katanya dalam siaran pers kepada Antara di Jayapura, Kamis.
Inovasi ini, lanjut Rahmad, diharapkan dapat meningkatkan peran perusahaan dalam sustainable mobility, dimana Green Asphalt menjadi solusi produk sipil ramah lingkungan yang turut meningkatkan kualitas infrastruktur jalan untuk sarana transportasi penghubung.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut total sampah nasional pada 2021 mencapai 68,5 juta ton dengan 17 persen atau sekitar 11,6 juta ton merupakan sampah plastik. Sebagai jenis limbah yang membutuhkan waktu puluhan hingga ribuan tahun untuk terurai, limbah plastik kerap menjadi fokus utama dalam berbagai upaya pengolahan limbah, karena dianggap memiliki berbagai dampak negatif mulai dari pencemaran lingkungan, kesehatan, hingga membuat tanah tidak subur.
Inovasi Green Asphalt bertujuan untuk mengolah limbah plastik PET agar dapat digunakan sebagai campuran penguat aspal beton untuk infrastruktur jalan. Dalam prosesnya, limbah plastik PET bekas dari bungkus material produk maupun kemasan bahan baku produksi pupuk PKT akan dikumpulkan dan diproduksi melalui proses Asphalt Mixing Plant (AMP).
Limbah plastik disortir berdasarkan jenisnya, kemudian dilebur menggunakan mesin. Kemudian limbah plastik dicampur dengan bahan agregat (campuran) yang telah dipanaskan sampai suhu tertentu. Proses pencampuran limbah PET dengan agregat ini menggunakan acuan komposisi material yang telah melalui tahap pengujian laboratorium dengan komposisi sebesar 6%.
Campuran limbah plastik tersebut nantinya akan digunakan sebagai bahan pengisi rongga campuran lapisan aspal beton. Campuran aspal dengan PET pun telah diuji dapat meningkatkan nilai stabilitas aspal beton dari yang semula hanya berkisar 660 kg menjadi rata-rata 1.560 kg dan persentase Void in Mix (rongga dalam campuran beton) dari yang semula 5,78% turun menjadi rata-rata 4,43% atau menjadi semakin padat.
Hasilnya, inovasi ini dapat menjawab dua tantangan sekaligus, tidak hanya pencemaran limbah plastik yang dapat diminimalisir, tapi juga menurunnya intensitas pemeliharaan jalan dikarenakan kualitas aspal beton yang semakin baik.
Tercatat, sejak awal program diinisiasi di 2020 hingga bulan Juni 2021, PKT telah berhasil mereduksi sekitar 650 kilogram sampah plastik menjadi bahan campuran Green Asphalt yang telah digunakan di beberapa sarana dan prasarana jalan di area PKT diantaranya area perumahan dan jalan industri.
Inovasi yang dilakukan oleh PKT ini juga sejalan dengan visi Kementerian LHK mengenai peta penanganan sampah melalui daur ulang dan pemanfaatan kembali dengan prinsip ekonomi sirkular.
Dalam proses pengolahan Green Asphalt, PKT turut berkolaborasi bersama rekanan kerja perusahaan. Beberapa pihak yang turut dilibatkan dalam pengembangan diantaranya PT Wijaya Karya Pratama sebagai pelaksana proyek yang berlokasi di Bontang Utara, dan Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda untuk melakukan serangkaian pengujian yang diperlukan untuk implementasi program tersebut.
Rahmad menambahkan Green Asphalt saat ini sudah dalam tahap aplikasi berkelanjutan pada perbaikan jalan yang berada di kawasan PKT dan terus dilakukan observasi, namun jika nantinya teknologinya terus ditingkatkan, bukan tidak mungkin praktik ini dapat diterapkan secara massal di berbagai industri sebagai alternatif dalam metode pembangunan infrastruktur jalan.
"Kami optimis dan berharap bahwa dengan inovasi ini, PKT siap menjadi pelopor dalam pengolahan limbah plastik sebagai komoditas yang memiliki daya guna tambahan dalam prinsip ekonomi sirkular,” tutup Rahmad.