Timika (ANTARA) - Kepala Kepolisian Resor Mimika AKBP Agung Marlianto menegaskan hingga kini belum ada laporan mahasiswa Papua asal wilayah itu yang kembali ke Timika dari kota studinya di luar Papua.
"Sampai saat ini tidak ada. Kemarin sudah ada imbauan dari Bupati Mimika agar para mahasiswa yang tengah belajar di Pulau Jawa, Bali, Makassar dan Manado agar tidak terpengaruh dengan isu eksodus yang sengaja diciptakan oleh oknum-oknum tertentu untuk mengintimidasi mereka. Kita harapkan para mahasiswa Papua asal Mimika tetap tenang dan belajar seperti biasa di kota studinya, pemerintah menjamin keamanan mereka," kata AKBP Agung.
Pada Selasa (10/9), Polres Mimika memfasilitasi pertemuan antara pihak Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro/LPMAK dengan para orang tua murid serta para pelajar SMA dan SMP Lokon yang pulang ke Timika.
Pertemuan dimaksud, kata Kapolres, untuk melakukan klarifikasi atas informasi bahwa pelajar asal Mimika yang menjadi peserta program beasiswa LPMAK di Sekolah Yayasan Lokon, Tomohon, Sulawesi Utara mengalami intimidasi atau teror dan lain sebagainya.
"Kita semua ingin mengetahui perlakuan intimidasi dan teror seperti apa yang adik-adik ini alami di sana, ternyata mereka tidak bisa menjelaskan itu. Sejauh ini hanya pelajar dari Lokon saja sebanyak 28 orang yang pulang ke Timika, lebih dari 140-an pelajar masih tetap bertahan di sana. Kemudian dari daerah lain tidak ada yang pulang ke Timika. Kami mendukung inisiatif Pemkab Mimika agar pergi ke Lokon untuk memastikan apa yang sesungguhnya terjadi di sana," kata AKBP Agung.
Kapolres mensinyalir kepulangan 28 pelajar SMA dan SMP Lokon ke Timika itu karena termakan provokasi dan isu-isu yang sifatnya intimidatif dan memaksa oleh pihak-pihak tertentu.
"Kami semua sudah tahu siapa aktor di belakang ini semua dan apa agenda mereka. Kelompok tersebut ingin mengumpulkan mahasiswa lalu membuat semacam tenda di kantor pemerintahan entah itu di Kantor Bupati, Kantor DPRD dengan tujuan memancing perhatian pihak luar. Kalau ada provokator yang kita tengarai menghasut adik-adik pelajar dan mahasiswa, maka kami akan lakukan tindakan tegas," ujarnya.
Polres Mimika sudah mengidentifikasi oknum-oknum yang memprovokasi para pelajar dan mahasiswa Papua di berbagai kota studi untuk kembali pulang ke Timika.
"Ada tiga orang, salah satunya tinggal di Surabaya. Satu orang asal Mimika, dua lainnya berasal dari daerah lain di Papua. Kebanyakan dari mereka bukan berstatus mahasiswa alias mahasiswa abadi," kata AKBP Agung.
Pemkab Mimika bersama LPMAK dan jajaran TNI-Polri setempat kini tengah berkoordinasi dengan para orang tua murid untuk segera mengembalikan 28 pelajar SMA-SMP Yayasan Lokon kembali ke kota studi mereka di Sulawesi Utara.
Sekretaris Eksekutif LPMAK Abraham Timang menyebut pemulangan 28 pelajar SMA dan SMP Lokon ke Timika dilakukan secara bertahap pascaterjadi aksi unjuk rasa diikuti dengan tidak masuk sekolah yang dilakukan oleh para pelajar tersebut.
"Tahap pertama kami pulangkan tujuh orang, lalu menyusul 15 orang dan terakhir enam orang. Ada aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh peserta beasiswa LPMAK, kalau mereka tidak menaati aturan tersebut maka mereka bisa diberhentikan. Misalnya jika kedapatan mabuk-mabukkan, membuat keributan, menganiaya orang atau mengundurkan diri. Saya tegaskan, 28 pelajar yang pulang ke Timika itu atas permintaan mereka sendiri, bukan dipulangkan oleh lembaga. Setiap anak yang pulang harus membuat surat pernyataan sehingga kami bertanggung jawab untuk mengembalikan mereka kepada orang tuanya," kata Abraham.
LPMAK masih membuka pintu bagi peserta program beasiswa yang pulang ke Timika untuk kembali ke kota studi di SMP dan SMA Lokon, Tomohon. Namun jika para pelajar tersebut memilih untuk bersekolah di Mimika, maka LPMAK tidak akan lagi mengucurkan bantuan beasiswa pendidikan kepada yang bersangkutan.
"Sampai saat ini tidak ada. Kemarin sudah ada imbauan dari Bupati Mimika agar para mahasiswa yang tengah belajar di Pulau Jawa, Bali, Makassar dan Manado agar tidak terpengaruh dengan isu eksodus yang sengaja diciptakan oleh oknum-oknum tertentu untuk mengintimidasi mereka. Kita harapkan para mahasiswa Papua asal Mimika tetap tenang dan belajar seperti biasa di kota studinya, pemerintah menjamin keamanan mereka," kata AKBP Agung.
Pada Selasa (10/9), Polres Mimika memfasilitasi pertemuan antara pihak Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro/LPMAK dengan para orang tua murid serta para pelajar SMA dan SMP Lokon yang pulang ke Timika.
Pertemuan dimaksud, kata Kapolres, untuk melakukan klarifikasi atas informasi bahwa pelajar asal Mimika yang menjadi peserta program beasiswa LPMAK di Sekolah Yayasan Lokon, Tomohon, Sulawesi Utara mengalami intimidasi atau teror dan lain sebagainya.
"Kita semua ingin mengetahui perlakuan intimidasi dan teror seperti apa yang adik-adik ini alami di sana, ternyata mereka tidak bisa menjelaskan itu. Sejauh ini hanya pelajar dari Lokon saja sebanyak 28 orang yang pulang ke Timika, lebih dari 140-an pelajar masih tetap bertahan di sana. Kemudian dari daerah lain tidak ada yang pulang ke Timika. Kami mendukung inisiatif Pemkab Mimika agar pergi ke Lokon untuk memastikan apa yang sesungguhnya terjadi di sana," kata AKBP Agung.
Kapolres mensinyalir kepulangan 28 pelajar SMA dan SMP Lokon ke Timika itu karena termakan provokasi dan isu-isu yang sifatnya intimidatif dan memaksa oleh pihak-pihak tertentu.
"Kami semua sudah tahu siapa aktor di belakang ini semua dan apa agenda mereka. Kelompok tersebut ingin mengumpulkan mahasiswa lalu membuat semacam tenda di kantor pemerintahan entah itu di Kantor Bupati, Kantor DPRD dengan tujuan memancing perhatian pihak luar. Kalau ada provokator yang kita tengarai menghasut adik-adik pelajar dan mahasiswa, maka kami akan lakukan tindakan tegas," ujarnya.
Polres Mimika sudah mengidentifikasi oknum-oknum yang memprovokasi para pelajar dan mahasiswa Papua di berbagai kota studi untuk kembali pulang ke Timika.
"Ada tiga orang, salah satunya tinggal di Surabaya. Satu orang asal Mimika, dua lainnya berasal dari daerah lain di Papua. Kebanyakan dari mereka bukan berstatus mahasiswa alias mahasiswa abadi," kata AKBP Agung.
Pemkab Mimika bersama LPMAK dan jajaran TNI-Polri setempat kini tengah berkoordinasi dengan para orang tua murid untuk segera mengembalikan 28 pelajar SMA-SMP Yayasan Lokon kembali ke kota studi mereka di Sulawesi Utara.
Sekretaris Eksekutif LPMAK Abraham Timang menyebut pemulangan 28 pelajar SMA dan SMP Lokon ke Timika dilakukan secara bertahap pascaterjadi aksi unjuk rasa diikuti dengan tidak masuk sekolah yang dilakukan oleh para pelajar tersebut.
"Tahap pertama kami pulangkan tujuh orang, lalu menyusul 15 orang dan terakhir enam orang. Ada aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh peserta beasiswa LPMAK, kalau mereka tidak menaati aturan tersebut maka mereka bisa diberhentikan. Misalnya jika kedapatan mabuk-mabukkan, membuat keributan, menganiaya orang atau mengundurkan diri. Saya tegaskan, 28 pelajar yang pulang ke Timika itu atas permintaan mereka sendiri, bukan dipulangkan oleh lembaga. Setiap anak yang pulang harus membuat surat pernyataan sehingga kami bertanggung jawab untuk mengembalikan mereka kepada orang tuanya," kata Abraham.
LPMAK masih membuka pintu bagi peserta program beasiswa yang pulang ke Timika untuk kembali ke kota studi di SMP dan SMA Lokon, Tomohon. Namun jika para pelajar tersebut memilih untuk bersekolah di Mimika, maka LPMAK tidak akan lagi mengucurkan bantuan beasiswa pendidikan kepada yang bersangkutan.