Jayapura (ANTARA) - Penilaian peringkat daya saing menempatkan Indonesia pada posisi ke-37 dari total 64 negara berdasarkan hasil survei IMD World Competitiveness Yearbook (WCY) 2021.

“Di tengah pandemi yang melanda dunia, peringkat Indonesia tahun 2021 mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya,"ungkap Managing Director Lembaga Manajemen FEB-UI (LM FEB-UI) Willem Makaliwe dalam webinar peringkat dayang saing Indonesia 2021, Kamis.

Dilihat secara kawasan Asia Pasifik, menurut Willem, peringkat daya saing Indonesia tetap berada pada posisi 11 dari 14 negara, di atas India dan Filipina.

Willem mengakui, peringkat daya saing suatu negara dipengaruhi juga maju mundurnya daya saing negara lain.

"Sehingga kompetisi peringkat daya saing antar negara tidak terhindari," tambah Willem Makaliwe.
.
Senior Researcher LM FEB-UI Arza Faldy mengatakan, hasil penilaian peringkat tersebut didasarkan pada analisis data kinerja perekonomian Indonesia sampai dengan tahun 2020 serta penilaian para pelaku usaha terkait persepsi kondisi lingkungan bisnis yan IMDg dihadapi.

Kegiatan survei di Indonesia dilakukan oleh LM FEB-UI yang bertindak sebagai mitra IMD di Indonesia beberapa tahun terakhir bersama dengan Nu PMK.

"Metode penilaian daya saing didasarkan dari penilaian empat komponen utama meliputi satu, Kinerja
perekonomian, dua Efisiensi Pemerintahan, tiga  Efisiensi Bisnis, dan empat  Infrastruktur,"ungkap Arza.

Peningkatan peringkat Indonesia terlihat pada komponen efisiensi bisnis dan pemerintahan. Peringkat
efisiensi pemerintahan mengalami kenaikan dari posisi 31 tahun 2020 menjadi 26 tahun 2021.

"enaikan peringkat pada komponen ini didukung oleh faktor kebijakan keuangan publik cukup efektif merespon
kondisi pandemi,"ujar Arza.

Sementara komponen efisiensi bisnis mengalami peningkatan dari peringkat 31 tahun 2020 menjadi 25 tahun 2021 disebabkan oleh optimisme untuk transformasi bisnis ke depan.

Pada sisi lain,  Head of Research and Consulting LM FEB-UI Bayuadi Wibowo menyebut, pada dua komponen Indonesia mengalami penurunan peringkat, yakni kinerja perekonomian dan infrastruktur.

Peringkat kinerja perekonomian Indonesia tahun 2021 berada pada posisi 35, menurun dibandingkan tahun 2020 di posisi 26.

"Penurunan peringkat tersebut didorong oleh kondisi ketenagakerjaan, perdagangan internasional, dan tingkat harga domestik,"ujar Bayuadi.

"Peringkat infrastruktur Indonesia juga menurun dari posisi 55 tahun 2020 menjadi posisi 57 tahun 2021,"ungkapnya.

Bayuadi menjelaskan, hal tersebut disebabkan oleh faktor kesiapan infrastruktur kesehatan dan pendidikan dalam menghadapi pandemi.

Sementara itu,  Senior Researcher LM FEB-UI Taufiq Nur menjelaskan aspek yang menjadi keunggulan terdapat pada pertumbuhan PDB, kestabilan harga BBM, pertumbuhan investasi, penerimaan pajak, efektivitas APBN, pertumbuhan angkatan kerja, remunerasi profesional.

Demikian halnya akses pada layanan keuangan, komponen biaya telekomunikasi seluler, dan rasio pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT).

Sedangkan secara keseluruhan, menurutTaufiq, kelemahan terdapat pada rendahnya PDB per kapita, rasio perdagangan terhadap PDB, serta ekspor jasa. Begitu juga aspek yang prosedur memulai bisnis, rasio cadangan mata uang asing per kapita, tingkat produktivitas tenaga kerja, rendahnya jumlah paten yang dihasilkan, belum tersebarnya fasilitas layanan kesehatan, rasio pengguna komputer, dan pengeluaran untuk kesehatan.

Pada akhirnya tim LM FEB-UI menutup dengan catatan bahwa mendalami keunggulan dan kelemahan ini merupakan syarat untuk melakukan peningkatan peringkat secara berkelanjutan.














 

Pewarta : Muhsidin
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024