Jayapura (ANTARA) - Pelaksana Tugas Asisten II Sekda Provinsi Papua Suzana Wanggai mengajak seluruh masyarakat untuk kembali menjadikan pangan lokal sebagai alternatif pangan untuk mengatasi beras yang harganya saat ini relatif mahal.
"Memang benar saat ini harga beras di pasaran mengalami kenaikan sehingga dengan kembali menyajikan pangan lokal diharapkan dapat menekan keuangan keluarga," katanya di Jayapura, Selasa.
Selain itu dengan kembali disajikan pangan lokal, katanya, hal itu dapat membantu para petani yang berkebun dan menanam tanaman jenis umbi-umbian.
Jenis pangan itu, katanya, sebelumnya memang dijadikan masyarakat setempat sebagai pengganti beras.
Dia mengakui, pangan lokal, seperti umbi-umbian, sudah banyak ditinggalkan warga, sedangkan kalaupun disajikan biasanya hanya saat hari libur atau waktu-waktu tertentu.
Bila jenis pangan itu lebih sering disajikan, ujarnya, anak-anak juga makin mengenal pangan lokal tersebut.
"Mudah-mudahan pangan lokal selain umbi-umbian juga sagu makin diminati masyarakat di Papua sehingga mengurangi kebutuhan akan beras," katanya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Asprindo) Papua Haris Manuputty menyatakan bahwa harga beras di Jayapura stabil.
"Harga beras premium di Jayapura stabil dan persediaan aman karena pasokan dari daerah pemasok, seperti Makassar dan Surabaya lancar," kata dia.
Harga beras premium merek Beras 99 tercatat Rp341.000 per 20 kilogram, Beras 99 Rp174.500 per 10 kilogram, dan Beras 99 ukuran lima kilogram Rp 86.000.
Beras Raja Angsa ukuran 20 kilogram Rp317.000, beras ukuran 10 kilogram Rp161.000, dan ukuran lima kilogram Rp85.500, serta dan merek Betet ukuran 10 kilogram Rp174.500 dan ukuran lima kilogram Rp91.000.
"Memang benar saat ini harga beras di pasaran mengalami kenaikan sehingga dengan kembali menyajikan pangan lokal diharapkan dapat menekan keuangan keluarga," katanya di Jayapura, Selasa.
Selain itu dengan kembali disajikan pangan lokal, katanya, hal itu dapat membantu para petani yang berkebun dan menanam tanaman jenis umbi-umbian.
Jenis pangan itu, katanya, sebelumnya memang dijadikan masyarakat setempat sebagai pengganti beras.
Dia mengakui, pangan lokal, seperti umbi-umbian, sudah banyak ditinggalkan warga, sedangkan kalaupun disajikan biasanya hanya saat hari libur atau waktu-waktu tertentu.
Bila jenis pangan itu lebih sering disajikan, ujarnya, anak-anak juga makin mengenal pangan lokal tersebut.
"Mudah-mudahan pangan lokal selain umbi-umbian juga sagu makin diminati masyarakat di Papua sehingga mengurangi kebutuhan akan beras," katanya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Asprindo) Papua Haris Manuputty menyatakan bahwa harga beras di Jayapura stabil.
"Harga beras premium di Jayapura stabil dan persediaan aman karena pasokan dari daerah pemasok, seperti Makassar dan Surabaya lancar," kata dia.
Harga beras premium merek Beras 99 tercatat Rp341.000 per 20 kilogram, Beras 99 Rp174.500 per 10 kilogram, dan Beras 99 ukuran lima kilogram Rp 86.000.
Beras Raja Angsa ukuran 20 kilogram Rp317.000, beras ukuran 10 kilogram Rp161.000, dan ukuran lima kilogram Rp85.500, serta dan merek Betet ukuran 10 kilogram Rp174.500 dan ukuran lima kilogram Rp91.000.