Jayapura (ANTARA News) - Balai Arkeologi Jayapura menemukan pemukiman zaman neolitikum dan megalitikum seluas 15.000 meter persegi di Bukit Srobu, antara Kelurahan Abepantai dan Kampung Enggros, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua.
Kepala Balai Arkeologi Jayapura Muhammad Irfan mengatakan penemuan itu didasari laporan warga kepada pihaknya awal Februari lalu.
"Jadi setelah dilaporkan kepada Balar Jayapura, kami langsung melakukan survei dan ekskavasi di lapangan. Dan hari ini adalah hari ke-10 penelitian dan ekskavasi," kata dia di Jayapura hari ini.
Ia menjelaskan dalam survei, penelitian, dan ekskavasi oleh tim beranggota enam orang itu, yang paling banyak ditemukan adalah cangkang yang diperkirakan jumlahnya ribuan hingga jutaan yang tersebar di Bukit Srobu. Bukit ini disebut Bukit Kerang oleh warga setempat.
Selain itu, ditemukan pula fragmen-fragmen gerabah bermotif, alat serpih, dan kapak yang merupakan peninggalan periode neolitikum.
Sedangkan temuan dari periode megalitikum, antara lain menhir, meja batu, tangga teras batu, dan bekas pemukiman.
"Ini menandakan penemuan di bukit yang tak jauh dari permukaan laut itu, cukup komplit dan kompleks, karena ada bekas rumah,," katanya.
Ketua tim ekskavasi Erlin N.J. Djami yang ditemui di Bukit Srobu, mengatakan selain fragmen gerabah, menhir, dan meja batu, ditemukan juga dakon dan tulang-tulang manusia.
"Menurut pernyataan warga setempat di bukit ini juga pernah jadi tempat bersembunyi tentara Jepang semasa Perang Dunia II. Lalu ada tulang-tulang manusia tapi belum bisa dipastikan apakah itu milik penduduk setempat atau tentara Jepang," katanya.
Balai Arkeologi Jayapura sendiri belum mempunyai laboratorium untuk mengetahui penanggalan pasti dari benda-benda neolitikum dan megalitikum guna meneliti umur tulang-tulang di bukit itu.
"Yang kami sedang kejar adalah penemuan arang atau sisa-sisa dapur memasak untuk bisa diketahui lewat pengukuran karbon," katanya.
Berdasarkan hasil penelitian dan ekskavasi yang akan berakhir 23 Mei 2014 itu, Balai Arkeologi Jayapura segera membuat laporan dan mengusulkan kepada pihak terkait agar Bukit Srobu menjadi situs penelitian atau laboraturium alam bagi pelajar dan mahasiswa di Jayapura dan Papua.