Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap mencapai 5,1 persen pada 2019 meski Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan target tersebut akan tercapai jika Indonesia bisa menjaga konsumsi domestik yang tidak bergantung pada kondisi global.
“Penurunan kita itu tidak signifikan, makanya saya termasuk yang yakin. Sepanjang kita bisa mempertahankan domestic demand-nya, maka kita paling apes skenario terburuk itu 5 persen, 5,1 persen itu optimistisnya,” katanya saat ditemui di Gedung Smesco Indonesia, Jakarta, Rabu.
Menurutnya, pertumbuhan permintaan domestik selama ini masih menunjukkan tren yang aman sebab berbagai permintaan dari ritel masih banyak yaitu ditunjukkan oleh Purchasing Manager Index (PMI) Indonesia senilai 49.
“Kan masih hampir di 50, kecuali sudah 48 itu sudah kontraksi,” ujarnya.
Iskandar menambahkan dalam upaya untuk semakin mendorong peningkatan ekonomi, perbankan di Indonesia harus bisa menurunkan suku bunga kredit pada triwulan IV 2019 karena Bank Indonesia telah memangkas bunga acuan sebanyak tiga kali selama tahun ini.
“BI kan sudah tiga kali menurunkan suku bunga, memang dampaknya belum full karena belum semua bank menurunkan suku bunga kreditnya,” ujarnya.
Selain itu, adanya peluang peningkatan investasi setelah diterapkannya aplikasi perizinan usaha (OSS), skema omnimbus law untuk aturan perizinan usaha, dan fasilitas insentif pajak seperti tax holiday juga akan semakin menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Iskandar menjelaskan hingga 2019 pemerintah telah menyetujui sebanyak 43 investor yang berinvestasi di berbagai sektor industri seperti nikel dan baja untuk mendapatkan tax holiday.
Para investor tersebut berasal dari 11 negara yang mayoritas adalah Korea Selatan dan China.
"Ini sangat mendukung investasi karena dari 43 investor itu jumlahnya mencapai Rp513 triliun, bayangkan. Itu tidak pernah ada sejarahnya, sejarahnya dulu sebelumnya tax holiday itu 1, bahkan ada yang 0 realisasinya dalam satu tahun,” ujarnya.
Ia pun menganggap laporan IMF yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar lima persen pada tahun ini masih lebih baik dibandingkan beberapa negara lain di Asia seperti India dan Singapura.
“Contoh di Singapura itu triwulan I sudah -0,1 persen. Triwulan II syukur naik lagi 0,1 persen. India yang tadinya 9 persen turun jadi 8 persen, lalu turun lagi menyamai kita di kisaran 5 persen. Sedangkan kita penurunannya gak signifikan,” katanya.
Sebelumnya, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan global untuk 2019 menjadi 3 persen dalam laporan World Economic Outlook (WEO) yang baru dirilis atau turun 0,2 persen dari perkiraannya pada Juli yang sebesar 3,2 persen.
Berita Terkait
Kemenko Perekonomian membantu 50 unit konsentrator oksigen untuk Papua
Minggu, 1 Agustus 2021 9:55
Kemenko Perekonomian sebut Kartu Pra-Kerja diluncurkan Jumat 20 Maret
Selasa, 17 Maret 2020 18:06
Kemenko Perekonomian: 91 proyek strategis nasional rampung di 2019
Senin, 23 Desember 2019 16:52
IMF turunkan proyeksi ekonomi RI menjadi 5,6 persen pada 2022
Rabu, 26 Januari 2022 9:53
Menkeu Sri Mulyani tekankan pemulihan global harus seimbang di seluruh negara
Rabu, 14 April 2021 9:44
Kurs Rupiah menguat meski dibayangi sentimen negatif
Rabu, 14 Oktober 2020 10:46
Harga Emas anjlok di bawah 1.900 dolar AS, tertekan "greenback", laporan IMF
Rabu, 14 Oktober 2020 7:14
IMF jajaki alat-alat tambahan guna bantu negara-negara dilanda pandemi virus corona
Minggu, 19 Juli 2020 7:53