London (ANTARA) - Inggris akan membagikan kemampuan pengurutan genomnya dengan negara lain untuk membantu lebih cepat mengidentifikasi varian baru virus corona di tempat-tempat dengan kemampuan yang kurang untuk melakukan pengurutan genom, kata kementerian kesehatan Inggris pada Selasa.
Varian baru dari virus corona telah membuat khawatir para ilmuwan.
Perdana Menteri Boris Johnson telah memperingatkan prospek varian "penghilang vaksin" yang berarti tindakan penguncian diperlukan lebih lama dan pemberlakuan pembatasan perjalanan baru.
Inggris mengatakan telah melakukan lebih dari setengah urutan genom SARS-CoV-2 yang dikirimkan ke database global, dan akan meluncurkan Platform Penilaian Varian Baru yang dapat digunakan untuk varian virus corona dan juga pandemi di masa depan.
"Platform Penilaian Varian Baru kami akan membantu kami lebih memahami virus ini dan bagaimana penyebarannya, dan juga akan meningkatkan kapasitas global untuk memahami virus corona, jadi kami lebih siap untuk apa pun di masa depan," kata Menteri Kesehatan Matt Hancock dalam pidatonya. di Chatham House, menurut kutipan yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan.
Tiga varian utama yang menjadi perhatian yang diidentifikasi sejauh ini ditemukan di Inggris, Afrika Selatan, dan Brazil. Ketiga varian tersebut dianggap lebih dapat ditularkan.
Varian yang ditemukan di Inggris juga dapat dikaitkan dengan kematian yang lebih tinggi, meskipun bukti yang ada tidak pasti.
Ilmuwan juga telah menyoroti kekhawatiran khusus bahwa vaksin mungkin tidak bekerja dengan baik terhadap varian yang ditemukan di Afrika Selatan dan Brazil.
Moderna mengatakan pada Senin bahwa pihaknya yakin vaksin COVID-19 melindungi terhadap varian Inggris dan Afrika Selatan, meskipun akan menguji suntikan penguat baru yang ditujukan untuk varian Afrika Selatan setelah menyimpulkan respons antibodi dapat dikurangi.
Menteri kesehatan Inggris dan pejabat kesehatan mengatakan mereka yakin vaksin Pfizer dan AstraZeneca yang diluncurkan di negara itu bekerja melawan varian Inggris.
Sumber : Reuters