Timika (ANTARA) - Sebanyak delapan siswa kelas XII SMA Negeri 1 Mimika, Papua diterima sejumlah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ternama di Indonesia tanpa melalui proses SMPTN.
Wakil Kepala SMA Negeri 1 Mimika Bidang Kurikulum, BonI Silaban di Timika, Jumat mengatakan, delapan siswa tersebut diterima di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan teknik pertambangan (satu orang), Universitas Indonesia (satu orang) jurusan sastra Jerman, Universitas Hasanuddin Makassar (dua orang), Universitas Udayana Denpasar (dua orang) jurusan ilmu hukum dan akuntansi, Universitas Brawijaya Malang (satu orang) dan Universitas Pattimura Ambon (satu orang).
"Tahun ini jumlah siswa yang bebas test masuk PTN berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai 30 orang," jelas BonI.
Meski demikian, pihak sekolah tetap mengapresiasi prestasi para siswa tersebut dan berharap semakin banyak siswa SMA Negeri 1 Mimika yang tahun ini diterima di berbagai perguruan tinggi ternama baik negeri maupun swasta.
Guna meningkatkan prestasi para siswa, mulai tahun ajaran baru 2019/2020, pihak SMA Negeri 1 Mimika tidak lagi memperbolehkan siswa membawa smartphone ke sekolah.
BonImengatakan pada tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Mimika memperbolehkan siswa membawa smartphone ke sekolah guna mendukung sistem pendidikan berbasis digital atau online sebagai konsekuensi sekolah tersebut ditetapkan sebagai sekolah rujukan di Mimika.
"Setelah kami melakukan evaluasi, ternyata lebih banyak pengaruh negatif dibanding pengaruh positifnya sehingga prestasi siswa mengalami penurunan drastis. Setelah ditelusuri lebih lanjut, anak-anak semakin sulit dikontrol karena mereka asyik dengan kesibukannya masing-masing seperti main game saat pembelajaran berlangsung," jelasnya.
Dengan adanya temuan tersebut, pihak sekolah berencana tidak lagi memperbolehkan siswa SMA Negeri 1 Mimika membawa smartphone maupun telefon genggam lainnya ke sekolah.
"Saat penerimaan siswa baru nanti kami meminta orang tua dan siswa menandatangani surat pernyataan untuk tidak membawa telefon genggam ke sekolah. Kalau tidak bersedia, silakan cari sekolah lain. Sekolah menyiapkan call center jika siswa hendak menghubungi orang tua jika ada kebutuhan mendadak di sekolah," jelas BonI.
Meski tidak lagi memperbolehkan siswa membawa telepon genggam ke sekolah, namun proses pembelajaran berbasis sistem digital atau online bisa saja tetap dipertahankan dengan syarat siswa mengikuti proses pembelajaran tersebut memanfaatkan fasilitas lab komputer milik sekolah.
Saat ini SMA Negeri 1 Mimika memiliki empat lab komputer dengan jumlah perangkat komputer yang tersedia sebanyak 125 unit.
Kepala SMA Negeri 1 Mimika Soro' Bato Sau mengatakan meskipun tahun ini sekolahnya tidak lagi ditetapkan sebagai sekolah rujukan di Mimika (berpindah ke SMA Advent), namun SMA Negeri 1 Mimika dituntut tetap menjadi contoh bagi sekolah lainnya di Mimika.
"Penunjukan sekolah rujukan di Papua digilir setiap dua tahun, secara nasional sebenarnya berlaku lima tahun dan setelah itu menjadi sekolah rujukan mandiri. Mengingat sekolah kami pernah menjadi sekolah rujukan maka SMA Negeri 1 Mimika tetap dituntut menjadi sekolah contoh bagi sekolah-sekolah yang lain," jelas Soro'.
Kelebihan sekolah rujukan dibanding sekolah yang lain, katanya, hanya pada perhatian dan bantuan dari pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan SMA.
"Ada bantuan Rp100 juta untuk sekolah rujukan. Itupun harus ada dana sharing dari APBD dalam bentuk Bantuan Operasional Pendidikan (BOP)," jelasnya.
Wakil Kepala SMA Negeri 1 Mimika Bidang Kurikulum, BonI Silaban di Timika, Jumat mengatakan, delapan siswa tersebut diterima di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan teknik pertambangan (satu orang), Universitas Indonesia (satu orang) jurusan sastra Jerman, Universitas Hasanuddin Makassar (dua orang), Universitas Udayana Denpasar (dua orang) jurusan ilmu hukum dan akuntansi, Universitas Brawijaya Malang (satu orang) dan Universitas Pattimura Ambon (satu orang).
"Tahun ini jumlah siswa yang bebas test masuk PTN berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai 30 orang," jelas BonI.
Meski demikian, pihak sekolah tetap mengapresiasi prestasi para siswa tersebut dan berharap semakin banyak siswa SMA Negeri 1 Mimika yang tahun ini diterima di berbagai perguruan tinggi ternama baik negeri maupun swasta.
Guna meningkatkan prestasi para siswa, mulai tahun ajaran baru 2019/2020, pihak SMA Negeri 1 Mimika tidak lagi memperbolehkan siswa membawa smartphone ke sekolah.
BonImengatakan pada tahun pelajaran 2018/2019 SMA Negeri 1 Mimika memperbolehkan siswa membawa smartphone ke sekolah guna mendukung sistem pendidikan berbasis digital atau online sebagai konsekuensi sekolah tersebut ditetapkan sebagai sekolah rujukan di Mimika.
"Setelah kami melakukan evaluasi, ternyata lebih banyak pengaruh negatif dibanding pengaruh positifnya sehingga prestasi siswa mengalami penurunan drastis. Setelah ditelusuri lebih lanjut, anak-anak semakin sulit dikontrol karena mereka asyik dengan kesibukannya masing-masing seperti main game saat pembelajaran berlangsung," jelasnya.
Dengan adanya temuan tersebut, pihak sekolah berencana tidak lagi memperbolehkan siswa SMA Negeri 1 Mimika membawa smartphone maupun telefon genggam lainnya ke sekolah.
"Saat penerimaan siswa baru nanti kami meminta orang tua dan siswa menandatangani surat pernyataan untuk tidak membawa telefon genggam ke sekolah. Kalau tidak bersedia, silakan cari sekolah lain. Sekolah menyiapkan call center jika siswa hendak menghubungi orang tua jika ada kebutuhan mendadak di sekolah," jelas BonI.
Meski tidak lagi memperbolehkan siswa membawa telepon genggam ke sekolah, namun proses pembelajaran berbasis sistem digital atau online bisa saja tetap dipertahankan dengan syarat siswa mengikuti proses pembelajaran tersebut memanfaatkan fasilitas lab komputer milik sekolah.
Saat ini SMA Negeri 1 Mimika memiliki empat lab komputer dengan jumlah perangkat komputer yang tersedia sebanyak 125 unit.
Kepala SMA Negeri 1 Mimika Soro' Bato Sau mengatakan meskipun tahun ini sekolahnya tidak lagi ditetapkan sebagai sekolah rujukan di Mimika (berpindah ke SMA Advent), namun SMA Negeri 1 Mimika dituntut tetap menjadi contoh bagi sekolah lainnya di Mimika.
"Penunjukan sekolah rujukan di Papua digilir setiap dua tahun, secara nasional sebenarnya berlaku lima tahun dan setelah itu menjadi sekolah rujukan mandiri. Mengingat sekolah kami pernah menjadi sekolah rujukan maka SMA Negeri 1 Mimika tetap dituntut menjadi sekolah contoh bagi sekolah-sekolah yang lain," jelas Soro'.
Kelebihan sekolah rujukan dibanding sekolah yang lain, katanya, hanya pada perhatian dan bantuan dari pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan SMA.
"Ada bantuan Rp100 juta untuk sekolah rujukan. Itupun harus ada dana sharing dari APBD dalam bentuk Bantuan Operasional Pendidikan (BOP)," jelasnya.