Jakarta (ANTARA) - Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) melibatkan tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat di Kota Sorong, Papua Barat, guna mengantisipasi bentrok susulan di daerah tersebut.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol. Dedi Prasetyo mengatakan bahwa kepolisian di wilayah melakukan koordinasi dengan tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat untuk berkomunikasi dengan dua kelompok warga yang terlibat bentrok.

"Polda jajaran langsung berkoordinasi dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh adat untuk mencegah tidak ada aksi balasan atau aksi lainnya," kata Dedi dalam keterangannya diterima di Jakarta, Selasa.

Menurut Dedi, setelah kejadian bentrok tersebut, Polda Papua Barat beserta jajaran telah melakukan pertemuan dengan perwakilan kedua kelompok yang bertikai. Tujuan pertemuan ini untuk mencegah serta tidak melakukan aksi apa pun.

"Polsek Sorong Timur telah melakukan pertemuan dengan dua kelompok tersebut," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa polisi juga telah melakukan penyelidikan serta penyidikan dengan melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi dari peristiwa yang mengakibatkan belasan orang meninggal dunia.

"Penyelidikan melakukan pemeriksaan saksi-saksi untuk memproses tuntas kasus kejadian ini. Selain itu, jajaran juga menggelar olah tempat kejadian perkara (TKP)," kata mantan Kapolda Kalimantan Tengah tersebut.

Data sementara yang diterima Polri sampai saat ini bahwa korban tewas akibat bentrokan tersebut sebanyak 19 orang. Dari jumlah korban tersebut, seorang meninggal dunia akibat bentrokan, sedangkan 18 lainnya diduga meninggal dunia akibat terbakar di dalam tempat hiburan tersebut.

"Satu meninggal dunia karena bentrok dan 18 meninggal dunia di tempat hiburan yang terbakar. Data ini masih didalami," katanya.

Dedi mengatakan bahwa Polda Papua Barat saat ini melakukan pencarian terhadap pelaku dan aktor intelektual dari bentrokan tersebut.

"Saat ini sedang dilakukan penyelidikan dan penyidikan untuk mengungkap aktor intelektual dan pelaku dari dua kelompok tersebut," ujar Dedi.
 

Pewarta : Laily Rahmawaty
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024