Jayapura (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Papua Sarles Brabar mengatakan faktor adat menjadi salah satu penyebab minimnya masyarakat menggunakan kontrasepsi.
"Saat ini pengguna kontrasepsi masih relatif rendah, karena faktor adat yang tidak mengizinkan menggunakannya dengan berbagai alasan. Namun demikian, petugas kesehatan senantiasa membantu dengan memberikan penyuluhan terkait pentingnya ber-KB," kata Sarles Brabar di Jayapura, Senin.
Ia mengatakan dari lima jenis alat kontrasepsi, yang paling banyak digunakan adalah adalah suntik dan implant (susuk).
Selama tahun 2024, katanya, dari lima jenis alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah suntik, yakni sebanyak 11.197 akseptor dan implant tercatat 5.701 akseptor.
Sedangkan alat kontrasepsi lainnya, seperti IUD, pil dan kondom penggunanya tidak sebanyak kedua kontrasepsi tersebut, kata Sarles Brabar.
Ia menambahkan BKKBN bekerja sama dengan Dinas Kesehatan terus berupaya memberikan penyuluhan pentingnya menggunakan alat kontrasepsi, karena selain dapat mengatur jarak kelahiran, anak yang lahir lebih sehat.
Bila tidak ber-KB dikhawatirkan jarak anak yang dilahirkan dekat, sehingga dapat mengganggu kesehatan, baik ibu maupun si anak, salah satunya stunting.
"Mudah-mudahan ke depan makin banyak masyarakat yang menggunakan kontrasepsi, sehingga jarak kelahiran anak-anak dapat diatur dan anak yang dilahirkan sehat," kata Sarles Brabar.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BKKBN: Faktor adat penyebab rendahnya penggunaan kontrasepsi di Papua