Jayapura (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Papua terus memperkuat edukasi dan sosialisasi Gerakan Cinta, Bangga dan Paham (CBP) Rupiah di kawasan perbatasan Republik Indonesia dan Papua Nugini (RI-PNG), khususnya Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw, Kota Jayapura.
Analis Yunior Tim Sistem Pembayaran KPw Bank Indonesia Papua, Tomy Adi Saputra di Jayapura, Rabu, mengatakan salah satu tantangan utama dalam transaksi di wilayah perbatasan adalah perbedaan sistem pembayaran yang diterapkan antara pedagang Indonesia dan warga negara Papua Nugini (PNG).
“Warga PNG seringkali bertransaksi menggunakan kina, mata uang PNG, dan tidak memahami konversi kurs serta kemungkinan kembalinya dalam rupiah," katanya.
Menurut Tomy, transaksi yang biasa dilakukan dengan sistem barter langsung tanpa perhitungan harga secara rinci.
"Kondisi tersebut berbeda dengan sistem transaksi di Indonesia yang mengharuskan adanya transparansi harga dan penghitungan kembalinya," ujarnya.
Dia menjelaskan ketidaktahuan tersebut kerap menyulitkan pedagang dalam menjelaskan nilai tukar kepada pembeli dari PNG.
"Sebagai upaya mengatasi hal tersebut kami aktif melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha dan masyarakat di wilayah perbatasan. Sosialisasi dilakukan dengan menggunakan berbagai bahasa, termasuk bahasa Papua Nugini, guna menjangkau pemahaman warga secara lebih efektif," katanya lagi.
Dia menambahkan adanya informasi terkait konversi kina ke rupiah juga telah dipasang pada sejumlah titik strategis, seperti area perdagangan di sekitar PLBN Skouw, untuk membantu memudahkan transaksi antara warga PNG dan pedagang lokal.
"Memang hasil dari edukasi dan sosialisasi mulai menunjukkan hasil positif, meskipun belum signifikan. Namun kami Bank Indonesia Papua terus menggencarkan sosialisasi dan edukasi di kawasan perbatasan dalam rangka memperkuat pemahaman masyarakat tentang penggunaan rupiah, sekaligus mendukung stabilitas sistem pembayaran nasional," ujarnya.

