Jakarta (ANTARA) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mencatat sejumlah fenomena antariksa yang akan terjadi pada September 2020, antara lain adalah bulan purnama, apogee dan perigee bulan, bulan baru, oposisi Neptunus dan fenomena ekuinoks.
"Jadi pada Bulan September nanti, ada beberapa fenomena yang kita catat," kata Kepala Pusat Sains Antartika LAPAN Clara Y. Yatini dalam konferensi pers yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) secara virtual dari Jakarta, Senin.
Ia mengatakan bahwa beberapa fenomena alam yang akan terjadi pada September 2020 antara lain adalah fenomena bulan purnama yang akan terjadi pada sekitar 2 September pada pukul 12.23 WIB.
Kemudian, apogee bulan atau fenomena titik terdekat bulan dari bumi, juga tercatat akan terjadi pada 6 September. Sementara pada titik terjauhnya, atau disebut sebagai perigee bulan, tercatat akan terjadi pada 18 September.
Berikutnya, Clara juga mencatat adanya fenomena bulan baru yang akan terlihat pada 17 September. Dan salah satu yang menarik di antara fenomena yang akan terjadi pada September adalah fenomena oposisi Neptunus pada 11 September.
"Pada saat ini planet ini akan berada pada posisi terdekatnya ke bumi, dan permukaannya akan sepenuhnya diterangi oleh matahari," kata dia.
Namun demikian, karena bintang neptunus jaraknya cukup jauh dari bumi, maka bintang tersebut akan tampak kecil dan terlihat sebagai titik biru pada teleskop.
"Kalau kita lihat dari teleskop mungkin akan terlihat lebih jelas apabila menggunakan teleskop besar," katanya.
Terakhir, pada September 2020 juga diperkirakan akan terjadi peristiwa ekuinoks pada 22 September. Peristiwa tersebut terjadi saat matahari menyeberangi ekuator menuju ke selatan.
Ia mengatakan peristiwa tersebut terjadi karena lintasan matahari yang tidak sejajar dengan rotasi bumi sehingga Matahari tampak bergerak ke utara, ke selatan, dan pada 22 September Matahari akan tepat berada di atas ekuator dan menuju ke selatan.
"Dan pada saat ini disebut sebagai autumnal equinox karena di mana belahan utara dari belahan utara bumi akan memasuki musim gugur. Sementara belahan selatan akan mengalami musim semi," demikian kata Clara.
"Jadi pada Bulan September nanti, ada beberapa fenomena yang kita catat," kata Kepala Pusat Sains Antartika LAPAN Clara Y. Yatini dalam konferensi pers yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) secara virtual dari Jakarta, Senin.
Ia mengatakan bahwa beberapa fenomena alam yang akan terjadi pada September 2020 antara lain adalah fenomena bulan purnama yang akan terjadi pada sekitar 2 September pada pukul 12.23 WIB.
Kemudian, apogee bulan atau fenomena titik terdekat bulan dari bumi, juga tercatat akan terjadi pada 6 September. Sementara pada titik terjauhnya, atau disebut sebagai perigee bulan, tercatat akan terjadi pada 18 September.
Berikutnya, Clara juga mencatat adanya fenomena bulan baru yang akan terlihat pada 17 September. Dan salah satu yang menarik di antara fenomena yang akan terjadi pada September adalah fenomena oposisi Neptunus pada 11 September.
"Pada saat ini planet ini akan berada pada posisi terdekatnya ke bumi, dan permukaannya akan sepenuhnya diterangi oleh matahari," kata dia.
Namun demikian, karena bintang neptunus jaraknya cukup jauh dari bumi, maka bintang tersebut akan tampak kecil dan terlihat sebagai titik biru pada teleskop.
"Kalau kita lihat dari teleskop mungkin akan terlihat lebih jelas apabila menggunakan teleskop besar," katanya.
Terakhir, pada September 2020 juga diperkirakan akan terjadi peristiwa ekuinoks pada 22 September. Peristiwa tersebut terjadi saat matahari menyeberangi ekuator menuju ke selatan.
Ia mengatakan peristiwa tersebut terjadi karena lintasan matahari yang tidak sejajar dengan rotasi bumi sehingga Matahari tampak bergerak ke utara, ke selatan, dan pada 22 September Matahari akan tepat berada di atas ekuator dan menuju ke selatan.
"Dan pada saat ini disebut sebagai autumnal equinox karena di mana belahan utara dari belahan utara bumi akan memasuki musim gugur. Sementara belahan selatan akan mengalami musim semi," demikian kata Clara.