Serui (Antara Papua) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Yapen Provinsi Papua menyesalkan lambatnya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Serui.
"Kalau petugas rumah sakit bilang jarum dan benang jahit untuk pasien tidak ada, saya tidak setuju, karena kalau petugas rumah sakit datang minta di Dinkes, saya kasih," kata Kepala Dinkes Kabupaten Yapen, Efraim Aloysius Osok ketika dikonfirmasi dari Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, Rabu.
Efraim mengatakan jika petugas kesehatan RSUD Serui datang ke Dinkes Yapen meminta obat, juga akan dikasih. Ia menyesalkan mengapa dibilang tidak ada obat untuk pasien.
"Obat-obat juga biasa petugas kesehatan di rumah sakit datang dan minta di Dinkes Yapen, juga saya kasih kok kenapa dibilang tidak ada obat di rumah sakit," ujarnya.
Menurut dia, pihaknya selalu memperhatikan obat-obatan serta alat-alat kesehatan yang dibutuhkan oleh rumah sakit setempat namun selalu saja tidak ada obat dan alat kesehatan sehingga berujung pada lambatnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Meski demikian, kata dia, Dinkes Yapen tidak terlalu terlibat dalam urusan rumah tangga RSUD setempat karena keterbatasan kewenangan.
"Ada peraturan baru dari pemerintah pusat yakni PP Nomor 18 Tahun 2017, itu nantinya rumah sakit ada di bawah Dinkes, kalau peraturan pelaksanaannya sudah efektif berlaku, nanti kita akan atur pelayanan kesehatan di rumah sakit agar maksimal," ujarnya.
Ia menambahkan draf peraturan pelaksanaan sudah ada tinggal disahkan dan dilaksanakan. Jika peraturan itu sudah ditetapkan dan dilaksanakan maka Dinkes akan mengatur pelayanan kesehatan di RSUD Serui dengan sebaik-baiknya.
Sebelumnya, sejumlah warga yang berdomisili di Kota Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen mengeluhkan lambatnya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) itu.
"Katanya tidak ada benang jahit pasien di rumah sakit, katanya petugas dokternya juga tidak ada, pasiennya masuk tadi malam tetapi belum mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik, pasien yang sakit namanya Hardin," kata Haji Saripah, salah satu kelurga pasien, di Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, Rabu.
Saripah mengatakan pasien membutuhkan pertolongan cepat karena leher pasien sudah hampir putus, pasien sendiri menikam dirinya sendiri karena gangguan jiwa.
"Kami keluarga pasien sudah melaporkan kondisi pasien ke petugas kesehatan rumah sakit akan tetapi katanya tidak ada benang dan jarum jahit untuk pasien," ujarnya. (*)
Berita Terkait
Asa anak muda Papua wujudkan pilkada damai
Senin, 18 November 2024 2:27
Pemprov terus tingkatkan SDM orang asli Papua Pegunungan
Senin, 18 November 2024 2:22
Pemprov Papua imbau pemilih pemula tak golput pada Pilkada 2024
Senin, 18 November 2024 2:21
Disdikbud: Sekolah Dasar Kepulauan Padaido/Aimando dilayani internet
Minggu, 17 November 2024 18:15
Pemkab Supiori alokasi bayar TPP ASN Rp12 miliar
Minggu, 17 November 2024 17:29
Bawaslu Supiori gunakan layanan Siwaslih percepat laporan Pilkada 2024
Minggu, 17 November 2024 13:04
Dinkes tingkatkan skrining kesehatan warga Biak mencegah TB
Minggu, 17 November 2024 13:01
Tokoh adat harap kondisi di Papua tetap damai hingga pemungutan suara
Minggu, 17 November 2024 12:06