Jayapura (Antara Papua) - Manajemen PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) VIII Maluku-Papua mengklaim penjualan dexlite sebagai bahan bakar baru untuk mesin disel terus meningkat sejak diluncurkan pada 17 Mei 2017.
"Respon pasar terhadap dexlite awalnya di angka kurang dari 100 ribu liter/bulan, di Agustus konsumsinya sudah lebih dari satu juta liter/bulan," ujar Manager Fuel Ritel Marketing Pertamina MOR VIII Zibali Hisbul Masih, di Jayapura, Selasa.
Ia menjelaskan proporsi penjualan dexlite hingga kini bisa menggeser pemakai solar, dan diyakini target yang telah ditetapkan bisa tercapai.
"Sekarang proporsi dexlite sudah 7 persen, targetnya di 2017 adalah 10 persen. Kita optimis angka itu bisa tercapai," kata dia.
Menurut Zibali dengan terus meningkatnya penjualan dexlite, banyak pihak yang diuntungkan.
Pertama, bagi Pertamina keuntungan bagi perusahaan semakin baik, lalu bagi negara pendapatan deviden meningkat, serta subsidi yang diberikan kepada pengguna solar bisa terus ditekan.
Zibali menuturkan peluncuran dexlite di Jayapura pada 21 Agustus 2017 adalah yang terakhir di wilayah Maluku-Papua pada tahun ini.
"Kita inginnya juga jualan dexlite di Merauke dan Mimika, tapi masih butuh penyesuaian sarprasnya," ujarnya lagi.
Sementara itu, General Manager Pertamina MOR VIII Made Adi Putra sempat menjelaskan angka cetana dexlite yang minimal mencapai 51, sementara solar hanya 48, membuktikan bahan bakar tersebut lebih baik untuk mesin kendaraan disel.
"Dari sisi lingkungan, kandungan sulfur dexlite yang mencapai 1.200 ppm jauh lebih kecil dibanding solar yang mencapai 2.500 sehingga dexlite lebih ramah lingkungan," kata dia.
Sebagai informasi, kini Pertamina MOR VIII yang wilayah kerjanya mencakup Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara, telah memasarkan dexlite di delapan daerah.
Daerah-daerah yang dimaksud adalah, Ternate dan Tobelo (Maluku Utara), Ambon (Maluku), Manokwari dan Sorong (Papua Barat), Biak, Nabir dan Jayapura (Papua). (*)