Timika (Antara Papua) - Pendeta Niko Waker kembali dipercaya untuk memimpin Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Wilayah II Pegunungan Tengah Papua untuk masa lima tahun ke depan 2016-2021.
Pendeta Waker di Timika, Minggu, mengapresiasi dukungan dan kepercayaan yang diberikan oleh perwakilan 43 klasis GKII Wilayah II Pegunungan Tengah Papua yang tersebar pada sembilan kabupaten mulai dari Mimika hingga Wamena, Jayawijaya.
Ia sudah memimpin GKII Wilayah II Pegunungan Tengah Papua selama dua periode sejak 2006 hingga sekarang.
"Sebetulnya banyak orang tua seperti saya di GKII Wilayah Pegunungan Tengah Papua, tapi Tuhan tetap mengutus saya untuk memimpin organisasi ini. Saya berterima kasih atas dukungan mereka semua," ujarnya.
Pendeta Waker mengatakan akan menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah pada sembilan kabupaten di wilayah Pegunungan Tengah Papua maupun Pemprov Papua dalam upaya membangun kehidupan iman umat GKII yang berjumlah sekitar 114.650 jiwa.
"Kami dari gereja adalah mitra pemerintah. Kami siap bekerja sama pemerintah dalam membangun iman umat. GKII Wilayah Pegunungan Tengah Papua ada 597 gereja tersebar dari Enarotali Paniai sampai di Wamena. Saya punya gembala sidang (pendeta) ada 1.123 orang, dua orang di antaranya bergelar doktor. Kami siap membantu pemerintah," katanya.
Dalam pemilihan yang berlangsung di Gedung Eme Neme Yauware Timika pada Jumat (5/11), Pendeta Niko Waker jauh meninggalkan pesaingnya yaitu Pendeta Paul Maniagasi. Pendeta Waker mengantongi 388 suara dukungan, sedangkan Pendeta Maniagasi hanya mendapat dukungan sebanyak 52 suara.
Pendeta Maniagasi mengatakan sebagai generasi muda di GKII Wilayah Pegunungan Tengah dirinya siap mendukung Pendeta Niko Waker.
"Sebagai anak muda, saya siap di belakang Bapak Pendeta Niko Waker untuk membangun GKII di Wilayah Pegunungan Tengah Papua," ujarnya.
Ketua Umum GKII Daniel Ronda mengatakan kegiatan konferensi ke 2 GKII Wilayah II Pegunungan Tengah Papua yang berlangsung di Timika pada 22-25 November 2016 menjadi momentum kebangkitan gereja-gereja di Papua dalam bidang kerohanian dan spiritualitas.
Selain itu, katanya, kegiatan tersebut juga menjadi ajang saling memberi penguatan terutama kepada para pendeta yang bertugas di daerah pedalaman Papua.
"Kami ingin menjadi mitra pemerintah untuk bersama-sama mengembangkan masyarakat. Momentum konferensi ke 2 ini juga sekaligus kita mewartakan pesan perdamaian kepada dunia. Kita semua diajak menjadi alat perdamaian," tutur Daniel.
Ia menambahkan, gereja-gereja di Papua harus lebih berani keluar menyuarakan kebenaran dan keadilan terutama menyangkut masalah-masalah penyakit sosial kemasyarakatan seperti perang terhadap minuman keras beralkohol, narkoba serta pergaulan bebas.
"Sudah waktunya kita keluar dan menjalin kerja sama dengan pemerintah dan saudara-saudara kita yang lain baik dari denominasi kristen maupun umat beragama yang lain," kata Daniel. (*)