Timika (Antaranews Papua) - Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek mengatakan tTim kesehatan terpadu terus menyisir keberadaan para pasien campak dan gizi buruk di berbagai kampung dan pemukiman penduduk di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua.
Berbicara di Timika, Kamis, usai memantau pasien gizi buruk di Kabupaten Asmat, Nila mengatakan tim kesehatan terpadu sudah menjangkau 20 distrik (kecamatan) dari 23 distrik yang ada di Kabupaten Asmat.
"Dari 23 distrik yang ada di Asmat, 20 distrik sudah disisir. Jumlah pasien sekarang mulai berkurang. Memang masih ada pasien yang dirawat di RSUD Asmat maupun di gereja," kata Nila.
Pada Kamis pagi, Menkes bersama rombongan berangkat menuju Bandara Ewer, Kabupaten Asmat dari Bandara Mozes Kilangin Timika.
Setelah turun dari pesawat, Menkes bersama rombongan melanjutkan perjalanan menuju Kota Agats, Ibu kota Kabupaten Asmat menggunakan perahu motor cepat dengan waktu tempuh sekitar 25 menit.
Setiba di Agats, Menkes Nila Moeloek yang didampingi Bupati Asmat Elisa Kambu langsung menemui masyarakat, terutama anak-anak yang tengah berobat di Posko Kesehatan Terpadu dan RSUD Asmat.
"Begitu kami tiba di Agats, warga sudah dikumpulkan. Artinya sudah dilakukan penyisiran oleh petugas kesehatan TNI tim kami untuk menemukan para pasien yang ada di kampung-kampung," jelasnya.
Setelah melakukan kunjungan ke Asmat, Menkes Nila Moeloek memberi kesan bahwa wilayah Kabupaten Asmat yang berada di wilayah pesisir selatan Papua dengan kondisi topografis yang berawa-rawa dan terpisah-pisah oleh sungai yang lebar-lebar menjadi hambatan utama dalam pembangunan termasuk di bidang kesehatan.
"Memang betul selama ini selalu diberitakan bahwa kondisi geografis Asmat sangat sulit karena berada di rawa-rawa. Tentu transportasi menjadi masalah utama bagi masyarakat karena semuanya harus mengandalkan kapal atau perahu motor. Ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) juga menjadi masalah tersendiri," ujarnya.
Wabah campak dan gizi buruk yang meluas di wilayah Kabupaten Asmat sejak September 2017 hingga pertengahan Januari telah merenggut sedikitnya 69 nyawa anak-anak dan balita di wilayah itu.
Hingga kini Kemenkes bersama Dinkes Provinsi Papua masih mencari tahu penyebab utama kematian massal warga di Asmat itu, apakah benar-benar karena wabah campak dan gizi buruk ataukah karena faktor yang lain.
Namun Menkes meyakini bahwa masalah kekurangan gizi memang terjadi dan dialami oleh sebagian besar anak-anak dan balita di Kabupaten Asmat.
"Lepas dari itu semua, kekurangan gizi ini memang terjadi. Saya yakin, kalau anak kekurangan gizi maka dia akan mudah terkena campak. Itu jelas," kata Menkes Nila Moeloek.
Akibat kekurangan gizi, anak-anak dan balita juga potensial terserang berbagai penyakit seperti penyakit pnemonia, malaria, kecacingan, tubeculosis sehingga semakin memperberat atau memperburuk kondisi anak-anak dan balita. (*)