Wamena (ANTARA) - Pengelola lembaga pendidikan tinggi Universitas Amal Ilmiah (UNAIM) Yapis Wamena Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua telah mengirimkan sejumlah tenaga dosen untuk belajar dalam rangka memantapkan penerapan persipan kampus merdeka dan merdeka belajar bagi mahasiswa di wilayah Timur Negara Kesatuan Republik Indonesia
Rektor UNAIM Yapis Wamena Dr. Rudi Hartono Ismail melalui telepon seluler pada Senin, mengatakan pihanya sudah menerapkan kegiatan yang berkaitan dengan kampus merdeka dan merdeka belajar.
"Untuk kampus merdeka dan merdeka belajar kita sudah terapkan.Saat ini ada beberapa dosen dari kampus UNAIM diberikan kesempatan melakukan studi banding ke beberapa perguruan tinggi di Bandung, Makassar untuk belajar tentang kampus merdeka dan merdeka belajar," katanya.
Melalui kampus merdeka, menurut Rektor Rudi Hartono, diharapkan mahasiswa diberikan kesempatan belajar di luar dari program studinya atau di luar dari universitas.
Sementara merdeka belajar, lanjutnya, mahasiswa diizinkan belajar di luar kampus, misalnya pada perusahaan atau instansi yang ada.
"Kita sudah terapkan di kampus kita dan Alhamdulillah, kemarin satu semester 175 orang belajar secara online dengan dosen dari universitas di Malang, Bandung dan Surabaya. Tidak ada kendala sebab dosennya juga belajar bagaimana cara membuat modul, bagaimana membuat rancana pembelajaran berbasis online, ini dosen kita juga sudah diberikan pelatihan-pelatihan," katanya.
Pada pembelajaran jarak jauh itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan kepercayaan bagi UNAIM Yapis Wamena sebagai universitas utama yang menyertakan mahasiswanya untuk belajar dengan dosen dari luar Papua.
"Mahasiswa yang kami libatkan kurang lebih 170 orang dari kampus UNAIM, kemudian ada mahasiswa dari dua perguruan tinggi pendukung yaitu Stimik Agamua, STKIP Kristen Wamena," katanya.
Dalam rangka mendukung pembelajaran selama pandemi COVID-19, menurut Rudi Hartono, UNAIM Yapis Wamena menerapkan model blended learning, bahkan telah disediakan layanan internet berkapasitas 85 Mbps yang dapat diakses oleh mahasiswa maupun dosen.
"Kami di kampus ini sudah menjadi smart digital, sehingga semua mahasiswa bisa menggunakan teknologi di kampus. Hanya saja yang menjadi kendala, banyak mahasiswa kita yang belum memiliki smartphone dan lain sebagainya," katanya.