Jayapura (ANTARA) - Hasil kerajinan topi khas atau mahkota Papua semakin diminati pembeli dan mulai menjadi peluang usaha yang banyak digeluti warga daerah setempat.
Muhammad Yusuf salah satu pengrajin dan pedagang mahkota Papua di Pasar Hamadi Jayapura, Minggu mengaku hampir setiap hari dirinya membuat mahkota atau topi yang saat ini sering kali digunakan saat ada kegiatan.
Topi dengan bahan baku bulu ayam atau bulu kasuari dan manik-manik yang terbuat dari kerang itu cukup laris dipasaran.
Apalagi saat ada event pasti banyak yang mencari untuk digunakan sehingga sehari bisa laku diatas 10 topi bahkan terkadang lebih.
"Mahkota atau topi yang dijual memang kami buat sendiri namun bahan bakunya seperti bulu kasuari dan aneka kerang dibeli dari masyarakat yang datang menjual, " jelas Yusuf.
Grace, salah satu pembeli mengaku sengaja membeli mahkota beserta aksesoris lainnya untuk digunakan saat kegiatan di Jakarta.
Saat kegiatan dijadwalkan untuk menggunakan pakaian tradisional sehingga saya akan menggunakan pakaian khas Papua dengan memakai noken yang dimodifikasi dan rok atau sali.
Untuk topi harganya relatif murah berkisar Rp 150.000-200.000/bh namun untuk noken atau tas tradisional Papua harganya mencapai Rp 750.000/noken karena ukurannya besar dan rok atau sali yang berkisar Rp 250.000/rok.
"Kita harus melestarikan budaya sekaligus memperkenalkan saat dilaksanakan event di luar Papua, " kata Grace yang mengaku berprofesi sebagai ASN di Kantor Gubernur Papua.