Wamena (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayawijaya, Papua Pegunungan, mendorong program pengentasan buta aksara bagi warga daerah setempat.
Papua Pegunungan termasuk Kabupaten Jayawijaya menjadi daerah di Indonesia dengan angka buta aksara tertinggi pada tahun 2024 yakni 27,47 persen.
Bupati Jayawijaya Atenius Murib di Wamena, Rabu, mengatakan program buta aksara menjadi salah satu program unggulan dalam pemerintahannya lima tahun ke depan.
“Jujur, saya termasuk anak asli Papua Pegunungan yang bisa seperti saat ini karena program buta huruf yang dulu dikembangkan para misionaris kepada hamba-hamba Tuhan yang akan menyebarkan agama di daerah ini,” katanya.
Menurut Bupati Atenius, program buta aksara itu telah ada sejak dulu di kawasan Papua Pegunungan yang diberikan oleh misionaris.
“Dulu sebelum hamba-hamba Tuhan menjalankan misi Gereja, mereka dibekali belajar membaca, menulis, karena saya sering ikut orang tua yang juga hamba Tuhan maka cepat belajar membaca. Ketika masuk sekolah dasar (SD) saya sudah bisa membaca, itu yang mungkin mengantarkan menjadi pilot,” ujarnya.
Dia menjelaskan sesuai data Papua Pegunungan khususnya Kabupaten Jayawijaya masih sangat banyak warga yang belum bisa membaca, apalagi usia produktif 15-64 tahun.
Selain itu, banyak orang tua di kampung-kampung yang juga belum bisa membaca dan menulis atau buta aksara.
“Kami minta kepada dinas pendidikan untuk bagaimana terus mendorong dengan berbagai program supaya angka buta aksara di Kabupaten Jayawijaya bisa diturunkan. Termasuk dukungan dari lembaga non pemerintah yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan,” katanya.
Dia menambahkan program buta aksara sangat penting bagi warga karena dapat meningkatkan kemauan diri untuk belajar apa saja terutama tentang metode pertanian modern.
“Orang tua kita di kampung-kampung itu perlu diajarkan membaca. Ketika mereka tahu membaca maka bisa memanfaatkan pengetahuan di dalam buku untuk kepentingan pertanian sehingga hasil pertanian bisa lebih optimal,” ujarnya.*