Sentani (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayapura, Provinsi Papua, melestarikan bahasa Sentani dan nilai-nilai budaya lokal melalui penguatan peran sekolah adat di wilayah Sentani, yang menjadi komitmen pemerintah daerah menjaga warisan leluhur.
Bupati Jayapura Yunus Wonda saat diwawancarai di Sentani, Senin, mengatakan peluncuran program sekolah adat menjadi terobosan penting untuk memastikan bahasa Sentani dan tradisi turun-temurun tetap hidup pada generasi muda.
"Kita ingin anak-anak tidak hanya pintar secara akademik, tetapi juga mengenal jari dirinya sebagai orang Sentani, Bahasa merupakan identitas, dan kalau bahasa kita hilang, maka sebagian dari budaya kita pun akan hilang," katanya.
Menurut Yunus, pendidikan adat harus hadir sebagai bagian dari pembangunan manusia Papua yang utuh. Pemkab Jayapura akan terus mendorong kolaborasi antara pemerintah, lembaga adat, dan tokoh masyarakat dalam mendukung pengelolaan sekolah adat secara mandiri dan berkelanjutan.
"Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, harus ada dukungan dari masyarakat adat, gereja, dan lembaga pendidikan agar sekolah adat benar-benar menjadi wadah pembelajaran yang hidup dan bermanfaat," ujarnya.
Direktur Sekolah Adat Papua Orgenes Monim menjelaskan, sekolah adat di Sentani tidak hanya mengajarkan bahasa lokal, tetapi juga seni, musik tradisional, dan filosofi hidup masyarakat adat.
"Sekolah adat hadir untuk memperkuat karakter anak-anak Papua. Mereka belajar menenun, menokok sagu, menari, dan berbicara dalam bahasa Sentani sebagai bagian dari keseharian," katanya.
Dia menambahkan, sekolah adat diharapkan dapat menjadi benteng pelestarian bahasa yang kini mulai jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Oleh karena itu, pihaknya menggandeng guru adat dan penutur asli untuk menjadi pengajar langsung.
"Ini acara kita menjaga agar bahasa Sentani tidak punah, kalau anak-anak sudah terbiasa mendengar dan berbicara bahasa ibunya, maka kita bisa yakin bahwa budaya Sentani akan tetap hidup di masa depan," ujarnya.

