Manokwari (ANTARA) - Seorang pencari teripang yang menyelam menggunakan kompresor di perairan Pulau Roon Teluk Wondama, Papua Barat, tewas diduga karena mengalami penyumbatan darah.
Korban diketahui bernama Jaka Saputra, warga Kampung Yende, Distrik Roon Kabupaten Teluk Wondama. Ia tewas setelah seharian menyelam untuk berburu teripang.
Jaka merupakan nelayan yang didatangkan dari Maluku Utara ke Pulau Roon untuk menyelam teripang dan ikan jenis tertentu. Pria berusia 30 tahun itu diketahui pada Rabu (8/5) berangkat menyelam bersama rekan-rekannya menggunakan alat bantu pernapasan kompresor angin.
“Mereka pulang molo (menyelam) terus istirahat biasa-biasa saja. Malamnya pas mau tidur langsung dia berteriak. Dari situ sudah langsung keram dan akhirnya meninggal,“ ujar Sekretaris Distrik Roon Yosep Manupapami di ruang jenazah RSUD Teluk Wondama di Manggurai Wasior, Sabtu.
Jaka diduga mengalami keram karena terjadi penyumbatan oksigen di pembuluh darah. Hal itu terjadi karena udara yang dihirup dari tabung kompresor tidak aman untuk tubuh manusia. Secara medis, menyelam dengan kompresor sangat beresiko bagi tubuh manusia karena bisa menyebabkan kelumpuhan, tuli hingga meninggal dunia.
“Ini sudah beberapa kali kejadian orang meninggal karena molo dengan kompresor. Di Roon itu barangkali sudah lima kasus,“ kata Manupapami.
Dia mengharapkan peristiwa naas yang menimpa Jaka bisa menjadi peringatan keras bagi nelayan di Distrik Roon agar tidak lagi menggunakan kompresor angin untuk menyelam teripang maupun ikan.
Selain mengancam keselamatan jiwa, kompresor juga merupakan alat bantu pernapasan yang tidak ramah lingkungan. Selang kompresor yang cukup panjang sangat berpotensi merusak terumbu karang di dasar laut.
“Di Roon sebenarnya sudah berulang kali kita kasih imbauan agar tidak pakai kompresor tetapi masyarakat tidak mau dengar. Kompresor-kompresor di sana itu sudah didoakan di gereja juga (supaya tidak digunakan), tapi masyarakat masih saja pakai. Semoga saja dengan kejadian ini tidak ada lagi yang pakai karena ini sangat berbahaya bagi keselamatan,“ pungkas Manupapami.
Berita Terkait
Masyarakat adat: 1 Mei 1963 awal mula pembangunan Tanah Papua
Kamis, 2 Mei 2024 10:45
Keluarga Marthen Indey: Upacara 1 Mei penghargaan untuk pahlawan Papua
Rabu, 1 Mei 2024 10:31
Raker LLDIKTI XIV sebut 13.760 mahasiswa Papua terima beasiswa pendidikan
Senin, 22 April 2024 18:23
Pemkab Jayapura-Pemprov Jabar kerja sama pelayanan digital pegawai
Minggu, 31 Maret 2024 10:46
PLN beri penerangan 177 pelanggan di Papua dan Papua Barat
Kamis, 14 Maret 2024 12:29
Pemkab Jayapura tetapkan 25 kampung prioritas penanganan stunting 2024
Rabu, 28 Februari 2024 16:20
Bulog: Baru 24 persen beras bantuan pangan tersalurkan di Papua
Jumat, 23 Februari 2024 2:51
PUPR Mimika telah aliri air bersih Distrik Mimika Barat Jauh
Kamis, 22 Februari 2024 17:15