Surabaya (ANTARA) - "Perkenalkan, nama saya Rahmad Adi," ucap atlet panjat tebing itu mengawali perbincangaan saat ditemui usai berlatih di lapangan Dinas Pemuda dan Olahraga Jawa Timur di kawasan Jalan Raya Kertajaya Surabaya.
Tampilannya ramah, murah senyum dan gaya bicaranya yang medok memperlihatkan seolah ia tak seperti "Spiderman" yang kalau memanjat dinding bisa melesat.
Di dinding setinggi 15 meter, ia mampu melesat dalam waktu 5,26 detik saja.
Tak kaget, sebab pemuda kelahiran Surabaya, 3 Oktober 2000 tersebut pernah menyabet medali emas pada kejuaraan dunia panjat tebing di nomor speed (kecepatan).
Pada kejuaraan "IFSC Conneceted Speed Knockout 2020" yang berlangsung secara daring itu, pemilik nama lengkap Rahmad Adi Mulyono itu sukses mencatatkan waktu 5,77 detik sekaligus menyingkirkan atlet Italia.
Sejak usia sekolah dasar, ia mengaku tertarik pada dunia panjat tebing, yang salah satu alasannya karena merupakan salah satu olahraga ekstrem.
Namun, keinginannya dulu sempat terhalang restu keluarga yang lebih berharap adik kandungnya lah yang menjadi atlet panjat tebing.
"Saya sempat ingin ikut lomba, tapi tak diantar. Terus sempat juga seperti diremehkan. Tapi saya buktikan dengan berlatih serius hingga berprestasi di tingkat yunior," ujarnya.
Sejak saat itu ia semakin terlecut dan termotivasi untuk membuktikan diri kepada keluarga maupun rekan-rekannya.
Sederet prestasi di tingkat yunior diraihnya, seperti medali perunggu di kejuaraan lokal, lalu medali emas di kejuaraan daerah hingga medali perak di kejuaraan nasional.
Tak itu saja, prestasi atlet yang sekarang tercatat sebagai mahasiswa semester lima jurusan manajemen bisnis Universitas Muhammadiyah Surabaya tersebut, yang semakin moncer membuatnya dipanggil memperkuat Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas).
Selain menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 Papua, kini alumnus SMA 17 Agustus 1945 Surabaya itu sedang bersiap untuk Asian Games 2022 di China serta Olimpiade 2024 di Paris, Prancis.
Target emas PON
Pada PON mendatang, Rahmad Adi menargetkan untuk membawa pulang dua emas, masing-masing di kelas perorangan dan beregu untuk nomor sama, yaitu speed.
Ia mengakui saingannya saat ini berat karena kekuatan atlet panjat tebing Tanah Air hampir merata sehingga tinggal fokus dan menguatkan mental di arena nantinya.
"Saingan semua berat. Tapi saya ingin buktikan kepada semuanya serta membawa harum nama Jawa Timur di kancah PON," ucap dia.
"Ini juga debut saya di PON. Saya ingin memberikan yang terbaik dengan tampil semaksimal mungkin," tambah Rahmat Adi.
Tim Jatim mengincar juara umum pada cabang olahraga panjat tebing dengan meraih lima emas dari total 16 medali yang diperebutkan.
Ketua Pengurus Provinsi Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Jawa Timur Danu Iswara optimistis raihan tersebut dapat tercapai karena saat ini kekuatan atlet dari berbagai daerah sangat merata.
"Tinggal siapa yang fokus saat bertanding nantinya. Kami sudah siapkan semuanya, termasuk mental anak-anak berlaga di tengah pandemi sekarang," ucap Danu.
Tim panjat tebing Jatim sudah menyiapkan sebanyak tujuh atlet putri dan delapan atlet putra, termasuk empat pelatih.
Cabang olahraga panjat tebing akan dipertandingkan di Kabupaten Mimika dan tim Jatim dijadwalkan berangkat pada 22 September 2021.
Unggulan Jatim
Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur menargetkan juara umum pada penyelenggaraan PON 2020, meski anggaran persiapan cukup minim.
Ketua Harian KONI Jatim Muhammad Nabil menyampaikan panjat tebing menjadi salah satu andalan untuk mendulang banyak medali emas.
"Kami yakin dengan kekuatan atlet-atlet Jatim. Berbagai persiapan sudah dilakukan, termasuk simulasi dan latihan secara serius," tukasnya.
Total medali emas yang ditarget Jatim pada PON Papua di kisaran 120 keping, sekaligus memperbaiki prestasi pada PON XIX di Jawa Barat tahun 2016 ketika Jatim berada di posisi kedua di bawah tuan rumah.
Meski diakui cukup berat, namun ia optimistis Jatim mampu meraihnya karena berbekal pada persiapan yang digelar selama empat tahun terakhir di Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda).
Pandemi COVID-19, kata Nabil, diakuinya sangat berpengaruh, tapi diharapkan para atlet yang akan berjuang nantinya tetap pada kondisi prima sehingga persiapan selama ini tidak sia-sia.
"Jangan sampai persiapan sudah lama dan matang, tapi jelang pertandingan ada gangguan kesehatan. Kami harap ini tidak terjadi dan seluruh atlet siap berjuang," ucap Nabil yang juga ketua tim Puslatda Jatim tersebut.
Tantangan lainnya, kata dia, adalah tak adanya kejuaraan atau pertandingan menjelang penyelenggaraan PON Papua akibat pandemi sehingga tidak tahu kekuatan lawan yang akan dihadapi nantinya.
PON Papua akan diselenggarakan di empat daerah atau klaster, yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Merauke, dan Mimika.
Setelah melalui tahap registrasi, jumlah atlet dari masing-masing KONI provinsi hanya berjumlah 6.144 orang, ditambah dengan atlet tuan rumah 922 orang, sehingga total keseluruhan mencapai 7.066 atlet.
Secara keseluruhan, terdapat 37 cabang olahraga, 56 disiplin cabang olahraga dan 679 nomor pertandingan.
Sementara itu,Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berpesan kepada atlet yang akan berlaga pada PON XX Papua agar mampu menyatu dengan masyarakat setempat.
"Pastikan menyatu dengan masyarakat Papua," ujar Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Surabaya.
Orang nomor satu di Pemprov Jatim itu mengaku memiliki kedekatan dan menikmati persaudaraan dengan masyarakat Papua.
Oleh karena itu, Khofifah pun berharap kepada atlet, pelatih maupun ofisial kontingen Jatim agar tidak melupakan persaudaraan meskipun sedang berkompetisi.
"Jatim selalu berseiring dengan Papua. Meski beda budaya, bahasa dan tradisi, namun harus menjadi kesatuan," ucap mantan Menteri Sosial tersebut.
Khofifah juga berpesan agar kontingen Jatim mampu mencapai prestasi setinggi-tingginya dan memenuhi target juara umum yang telah dicanangkan.