Wamena (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayawijaya, Papua Pegunungan mendorong penertiban alun-alun Salib Kota Wamena guna memberikan nilai estetika dan religius di daerah setempat.
Hal ini menyusul alun-alun Salib Kota Wamena yang berada tepat di depan Kantor Bupati Jayawijaya sering dijadikan tempat mengonsumsi minuman beralkohol, prostitusi serta merencanakan tindak kriminal lainnya.
Wakil Bupati Jayawijaya Ronny Elopere di Wamena, Selasa mengatakan alun-alun Salib Kota Wamena merupakan simbol estetika dan religius sehingga keberadaannya harus dijaga.
“Kami akan tertibkan, mulai hari ini tidak boleh kumpul-kumpul, jual kopi, jual pinang, jual jagung di alun-alun Salib tidak dibolehkan lagi,” katanya.
Menurut dia, alun-alun Salib akan difungsikan ke depan sebagai sarana untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bersifat religius.
“Kami akan fungsikan alun-alun Salib ini sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan religius sehingga dapat diikuti oleh seluruh masyarakat Papua Pegunungan khususnya Jayawijaya dengan baik,” ujarnya.
Dia menjelaskan penutupan ini dilatarbelakangi alun-alun Salib Kota Wamena dijadikan tempat penjualan minuman beralkohol, transaksi narkoba, acara-acara dan hal-hal negatif lain.
“Kami tidak ingin monumen Salib ini tercoreng dengan tindakan-tindakan yang negatif yang nantinya merusak moral generasi muda serta menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah,” katanya.
Dia menambahkan penutupan segala bentuk aktivitas di alun-alun Salib Kota Wamena merupakan visi misi Bupati dan Wakil Bupati Jayawijaya untuk menciptakan daerah ini menjadi damai, aman, nyaman dan indah atau Dani.
“Dengan adanya Kota Dani maka seluruh program dan kebijakan pemerintah daerah dapat berjalan dengan aman dan lancar. Ketika keamanan tidak terjamin maka segala bentuk program tidak dapat berjalan,” ujarnya.
Dia mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga Kabupaten Jayawijaya supaya tetap aman, nyaman dan tenteram.

