Jayapura (Antara Papua) - Sekitar 3.000 masyarakat adat suku Mee, menghadiri ibadah perayaan Natal bertema "Berjumpa dengan keluarga Allah", yang digelar di Gedung Olaharaga Cenderawasih, Kota Jayapura, Papua, Senin malam.
Pantauan lapangan, Senin malam, ribuan masyarakat adat Mee itu datang dari berbagai distrik di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Keerom dengan menggunakan bus, kendaraan roda dua dan empat, guna memadati GOR Cenderawasih sejak pukul 18.00 WIT.
Perayaan Natal itu diisi dengan sejumlah lagu pujian, vokal grup, pemasangan lilin Natal, drama dan khotbah firman Tuhan oleh Pdt Doktor Noak Nawipa yang juga Ketua Depatemen Pendidikan Sinode Kingmi Papua.
Dalam khotbahnya Pdt Nawipa mengajak orang Mee untuk bersatu, bahu-membahu membangun Papua menuju kemandirian.
"Orang Mee harus menjadi pelita bagi umat manusia disekitarnya dan pembawa damai bagi semua pihak yang sedang mengalami krisis kesatuan. Masyarakat sudah tercerai berai, nah, orang Mee diharapkan menjadi pemersatu," katanya.
Bagi kaum muda, lanjut Nawipa, diharapkan menjauh dari kehidupan yang bisa menjerumuskan diri kedalam dosa.
"Jauhi minuman keras, yang bisa membawa tubuh kita dalam dosa. Tetapi mari bersama-sama membangun daerah," kata Nawipa.
Ketua Panitia Natal Perdana Masyasrakat Mee di wilayah adat Mamberamo/Mamta yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Keerom, Decky Degei mengungkapkan bahwa perayaan Natal kali ini cukup meriah karena dalam kurun waktu 15 tahun terakhir baru kali ini masyarakat adat Mee melakukannya secara besar-besaran.
"Intinya, perayaan Natal perdana ini ingin menjagak masyarakat adat Mee untuk bersatu, membangun Papua terutama Kota Jayapura. Apa lagi tadi kita telah melakukan deklrasi penegasan tolak minuman keras di kalangan masyarakat adat Mee yang ada di daerah ini," katanya.
Deklarasi itu, menurut pria berkacamata itu, akan disampaikan kepada Wali Kota Jayapura, Bupati Jayapura dan Keerom agar bisa dibuatkan peraturan yang tegas soal pelarangan minuman keras yang bisa mendatangkan bencana bagi umat manusia.
"Natal merupakan ajang memperbaiki diri, hubungan dengan Allah, hubungan dengan sesama manusia dan juga tindak-tanduk pribadi masing-masing," kata Degei.
Sebelumnya, pesan Natal dari Gubernur Papua Lukas Enembe yang dibacakan oleh Asisten I Setda Papua Doren Wakerkwa meminta agar makna Natal dapat dipahami oleh masyarakat adat Mee.
"Desember merupakan bulan yang suci, dimana Sang Juru Selamat Yesus Kristus lahir. Natal adalah momentum strategis, penting dan baik untuk mempersatukan kita semua dalam kedamaian yang telah lahir dalam hati kita," katanya.
"Harapannya, kedatangan Raja Damai akan menjadikan kita umat manusian yang penting. Atas nama Pemerintah Provinsi Papua, dan atas nama pribadi saya ucapkan selamat merayakan Natal 25 Desember 2014 dan selamat menyongsong Tahun Baru 1 Januari 2015," tambahnya. (*)