Timika (Antara Papua) - Setelah berhari-hari Bandara Moses Kilangin Timika, Papua tertutup akibat kabut asap kiriman dari Merauke, pada Senin petang, pesawat Hercules milik TNI AU berhasil mendarat di Bandara Timika.
Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Mimika, John Rettob, di Timika, Senin, mengatakan pesawat Hercules sudah dua kali mendarat di Bandara Moses Kilangin Timika selama terjadi musibah kabut asap, yaitu pada Sabtu (17/10) dan Sening siang.
"Kita berharap kondisi cuaca di Timika semakin membaik agar aktivitas penerbangan, baik pesawat-pesawat besar maupun pesawat-pesawat kecil ke pedalaman bisa kembali normal," ujar John.
Sesuai data yang disampaikan Stasiun Metereologi Kelas III Timika, katanya, kondisi kabut asap yang menutup langit Kota Timika pada Senin siang mulai menipis dengan jarak pandang yang semakin baik.
John mengatakan, kabut asap dari wilayah Merauke dan Mappi tidak saja mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Timika yang akhirnya ditutup total sejak Kamis (15/10), tetapi juga berimbas ke sejumlah daerah lain di Papua.
"Kami mendapat informasi bahwa Bandara Fakfak sempat ditutup hari Jumat (16/10). Pesawat tidak bisa mendarat di sana. Kebetulan di Pulau Panjang depan Fakfak juga ada kebakaran lahan. Informasinya, kabut asap ini bahkan sudah sampai ke wilayah Serui (ibu kota Kabupaten Yapen di pantai utara Papua)," ujar John pula.
Kabut asap tersebut juga menyebabkan Bandara Ewer di Kabupaten Asmat ditutup total sejak beberapa pekan lalu.
Aktivitas penerbangan ke sejumlah bandara perintis di Kabupaten Nduga seperti Mapenduma, Kenyam, dan Agandugume di Kabupaten Puncak yang berada di kawasan tengah Papua juga dibatalkan karena bandara-bandara tersebut tertutup kabut asap.
John berharap pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Papua mengambil langkah-langkah koordinasi untuk penanganan bencana kabut asap kiriman dari Merauke dan Mappi tersebut, karena dampaknya sudah semakin meluas di beberapa kabupaten pesisir selatan Papua dan tengah Papua.
"Masalah ini membutuhkan penanganan lintas kabupaten dan lintas sektoral karena bukan saja mengganggu aktivitas penerbangan, juga aktivitas pelayaran kapal-kapal, masalah kesehatan dan lainnya," kata John pula. (*)