Timika (Antara Papua) - Setelah sekian tahun ditinggalkan penghuninya lantaran terjadi gangguan keamanan, kini Kampung Nayaro, Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika, yang terletak di sisi timur tanggul pengendapan tailing PT Freeport Indonesia kembali dihuni warga.
Manajer Community Liaison Officer (CLO) PT Freeport Indonesia Salmon Naa di Timika, Jumat, mengatakan kini sudah terdapat 504 kepala keluarga yang kembali ke Nayaro.
Masyarakat setempat, katanya, kembali menempati rumah-rumah mereka yang berjejer rapih pada lima blok.
Seiring dengan itu, aktivitas perekonomian kembali menggeliat di Nayaro. Warga mulai sibuk mengurusi kebun-kebun mereka yang sudah lama diterlantarkan. Anak-anak mulai bersekolah dan pelayanan kesehatan juga kembali normal.
"Selama beberapa tahun kampung ini hanya dihuni lima keluarga. Sebagian besar warga Nayaro mengungsi ke Timika karena saat itu rawan terjadi penembakan di tanggul timur. Tapi sekarang semua sudah kembali ke Nayaro," kata Salmon.
Untuk memudahkan mobilitas warga Nayaro ke Timika dan sebaliknya, PT Freeport menyediakan satu unit bus anti peluru. Bus tersebut melayani transportasi masyarakat Nayaro ke Timika dan sebaliknya dengan jadwal reguler empat kali sepekan.
"Sejak 12 April 2014 perusahaan telah menyediakan satu bus anti peluru untuk angkutan masyarakat Nayaro ke Timika pulang pergi," jelas Salmon.
Ia mengakui keterbatasan sarana angkutan itu cukup menghambat mobilitas warga Nayaro ke Timika. Apalagi warga Nayaro, katanya, biasanya membawa hasil-hasil kebun seperti sayur, sagu dan ikan untuk dijual di Timika.
Salmon berharap situasi dan kondisi di Nayaro, termasuk ruas jalan tanggul timur bisa kembali aman seperti dulu sehingga arus transportasi ke Nayaro semakin lancar.
Kasus pengungsian besar-besaran warga Kampung Nayaro sejak 2011 akibat dari gangguan keamanan yang sering terjadi di daerah itu menjadi keprihatinan kalangan Gereja Katolik Keuskupan Timika dan para tokoh masyarakat setempat.
Pastor Paroki Gereja Katedral Tiga Raja Timika, Amandus Rahadat Pr bahkan pernah mengumpulkan warga Nayaro untuk mendengar langsung aspirasi mereka.
"Gereja sangat prihatin atas masalah yang dihadapi warga Nayaro. Sampai sekarang mereka tinggal di rumah-rumah kost, ada yang tinggal di befak-befak di pinggir kali. Mereka punya kampung, tapi sekarang Kampung Nayaro diam membisu karena tidak ada lagi warga yang berani tinggal di sana," tutur Pastor Rahadat beberapa waktu lalu.
Tokoh masyarakat Mimika Yosep Yopi Kilangin juga ikut mendesak PT Freeport untuk mencari solusi yang tepat untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi warga Kampung Nayaro.
"Bagaimanapun caranya Freeport harus mencari solusi untuk masyarakat Nayaro. Freeport bisa menyediakan bus untuk masyarakat di sana karena mereka yang punya hak ulayat dan tempat di daerah itu," ujarnya. (*)
Berita Terkait
Perum Bulog Papua serap 12.511 ton beras petani Merauke
Selasa, 5 November 2024 2:01
PJ Bupati Tolikara ingatkan netralitas ASN di pilkada
Selasa, 5 November 2024 2:00
Pj Gubernur Papua: Program transmigrasi menunggu petunjuk pusat
Selasa, 5 November 2024 1:59
Badan Gizi Nasional: Pangan Papua menjadi menu makanan bergizi gratis
Senin, 4 November 2024 20:46
Norwegia-Pemkab Jayapura kolaborasi tingkatkan produksi kakao di Papua
Senin, 4 November 2024 20:45
Pj Gubernur Papua minta perhotelan sajikan makanan berbahan lokal
Senin, 4 November 2024 20:43
KPU Papua: Distribusi logistik Pilkada 2024 dilakukan H-4 pencoblosan
Senin, 4 November 2024 14:16
Pemprov Papua minta kabupaten/kota perkuat cadangan pangan
Senin, 4 November 2024 14:14