Timika (Antara Papua) - Kabupaten Mimika, Papua sulit merealisasikan program swasembada beras tahun ini lantaran keterbatasan area persawahan untuk ditanami padi.
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Perkebunan Mimika Yohana Paliling di Timika, Kamis mengatakan kebutuhan beras di Mimika setiap tahunnya sebesar 19,298 ton.
Namun produksi beras lokal hingga kini baru sekitar 1.850 ton dari lahan persawahan yang tersedia seluas 621 hektare dengan asumsi dua kali panen setahun.
Sisa kebutuhan beras di Mimika ditanggulangi oleh pihak Bulog (beras jatah PNS dan alokasi raskin) dengan total suplai mencapai 7.600 ton per tahun dan suplai dari luar daerah sebesar 7.000 ton-8.000 ton per tahun.
"Saya kira masih terlalu jauh kalau Mimika bisa mencapai program swasembada beras. Yang kita bisa lakukan sekarang yaitu memperbesar produksi beras lokal dengan mengintensifkan lahan persawahan yang ada agar bisa ditanami dua kali setahun," kata Yohana.
Yohana mengakui hingga kini Mimika masih sangat mengandalkan pasokan beras dari luar daerah seperti dari Jawa dan Sulawesi serta Merauke untuk memenuhi kebutuhan warganya.
Guna mengurangi ketergantungan terhadap pasokan beras dari luar daerah, Distan Mimika merencanakan untuk membuka areal persawahan baru terutama pada lahan satu dan dua di sejumlah satuan pemukiman transmigrasi di sekitar Kota Timika.
Selain itu, warga lokal yang memiliki lahan hak ulayat juga diajak untuk membuka areal persawahan.
"Kalau masyarakat siap lahannya untuk membuka persawahan, kami akan membantu," kata Yohana.
Lahan persawahan di Mimika tersebar di Kampung Limau Asri SP5, Kampung Mulia Kencana SP7, dan Kampung Mware.
Selain itu, area persawahan juga cocok untuk dikembangkan di Aramsolki, Distrik Agimuga. Beberapa tahun lalu USAID Amartha pernah melatih warga Suku Amungme di Distrik Agimuga untuk bercocok tanam padi dengan produksi padi yang cukup melimpah.
Selain mengandalkan nasi sebagai makanan pokok, warga asli Mimika juga mengandalkan sagu dan umbi-umbian sebagai makanan pokok sehari-hari. (*)