Jayapura (Antara Papua) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anis Baswedan membuka dan menghadiri Peringatan Hari Aksara Internasional Ke-52 dan pencanangan Gerakan Indonesia Membaca Provinsi Papua di Kota Jayapura.
Kegiatan itu digelar di auditorium kampus Universitas Cenderawasih, Distrik Abepura, Kota Jayapura, yang juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal, Wali Kota Jayapura Benhur Tommy Mano, Sekda Kota Jayapura RD Siahaya, dan Rektor Uncen Onesimus Sahuleka.
Ketua MRP Timotius Murib, Ketua DPRD Kota Jayapura Lievelian Louisa Ansanay, Kepala Dinas Pendidikan Kota Jayapura I Wayan Mudyasa, Kapolres Jayapura Kota AKBP Jeremias Rontini dan ketua LMA Port Numbay George Arnol Awi, serta para kepala sekolah dan guru dari tingkat SD hingga SMA/SMK di Kota Jayapura.
Pada momentum itu, Menteri Baswedan mengatakan tidak ada kata terlambat untuk belajar dan meski jabatan atau posisi berganti-ganti, tetapi belajat tetap terus berjalan.
"Kita semua sadar bahwa kekayaan terbesar bangsa Indonesia, kekayaan terbesar di Papua tidak hanya ada di tanahnya tetapi pada manusianya," katanya.
Pada zaman kolonialisme di era penjajahan, pengelola tanah ini (Papua) hanya melihat peta Indonesia sebagai peta sumber daya alam di mana kekayaannya dikeruk, energinya diambil dan manusianya ditinggalkan.
"Kita semua harus bersama-sama membangun SDM manusia, bahu-membahu berantas buta aksara," katanya.
Usai memberikan sambutan, Menteri Baswedan menekan tombol yang menandai Pencanangan Gerakan Indonesia Membaca.
Menonton penampilan fragmen pendidikan oleh para peserta didik buta aksara, kemudian meninjau pameran pendidikan di Kota Jayapura di halaman auditorium kampus Uncen.
Sementara itu, Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal mewakili Gubernur Lukas Enembe mengatakan memperingati hari buta aksara setiap tahun sebagai salah satu anggota UNESCO artinya memberikan perhatian yang sangat besar dalam upaya penuntasan buta aksara.
"Pendidikan adalah hak setiap warga negara yang dijamin oleh UUD 1945, beberapa kota yang masih buta aksara tinggi di Indonesia, Papua masuk urutan terarats sebagai buta aksara tertinggi, tentunya ini tidak membanggakan bagi kita semua," katanya.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi Papua dan pemerintah kabupaten dan kota mempunyai komitmen yang tinggi dan meyakini bahwa hari ini nomor satu di garis belakang, tapi bersama-sama akan membuktikan lima tahun ke depan untuk menjadi nomor satu, yang terbaik di dunia pendidikan.
"Kita akan dorong pemberantasan buta aksara di Papua, harapannya semua ikut mendorong," katanya. (*)