Jayapura (Antara Papua) - Legislator Partai Gerindra yang juga Ketua III DPR Papua Yanni meminta pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan guru dalam momentum Hari Pendidikan Nasional 2016.
"Salah satu aspek yang penting untuk disentuh adalah kesejahteraan guru. Gerindra menilai, kesejahteraan guru di Provinsi Papua harus ditingkatkan, karena hingga kini masalah tersebut belum mendapat perhatian yang serius. Tidak ada yang salah dan tidak ada yang susah jika pemerintah daerah ingin meningkatkan kesejahteraan guru," ujarnya di Jayapura, Minggu.
Ditegaskan Yanni, banyak cara bisa dilakukan untuk mensejahterakan guru, diantaranya dengan menyediakan rumah yang layak kepada mereka.
Berdasaran pengamatan gerindra, salah satu permasalah mendasar dalam dunia pendidikan di Papua adalah masalah perumahan bagi guru.
"Banyak guru yang enggan bertugas di daerah terpencil salah satunya karena masalah rumah yang tidak tersedia, kalaupun ada umumnya kurang layak ditempati baik secara fisik maupun dari segi ketersediaan fasilitas rumah," kata dia.
"Hal ini berdampak sistemik terhadap dunia pendidikan kita. Oleh karena itu hal ini harus menjadi perhatian pemerintah daerah. Jangan sampai sekolah dibangun dimana-mana tetapi rumah guru saja tidak ada," sambung Yanni.
Menurut Yanni masih banyak permasalahan pendidikan di Provinsi Papua yang mesti dibenahi secara sungguh-sungguh seperti aksesibilitas pendidikan, kualitas dan ketersedian sarana prasarana pendidikan.
"Untuk itulah dalam momentum Hardiknas tahun ini, Gerindra Papua meminta kepada pemerintah, pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota untuk lebih memperhatikan masalah pendidikan sebagai ujung tombak dalam membangun sumberdaya manusia yang berkualitas," ujarnya.
Yanni pun menyerukan bahwa pendidikan harus dibangun secara integral tidak boleh parsial, karena pendidikan bersifat sestemik yang setiap aspeknya saling berhubungan.
Menurut dia, Hari Pendidikan Nasional yang setiap tahun diperingati pada 2 Mei oleh bangsa Indonesia harus dilihat dalam dua perspektif yaitu perspektif historis dan filosofis.
Dalam perspektif historis, peringatan Hardiknas sebagai wujud Bangasa Indonesia dalam mengenang Ki Hajar Dewantara sebagai sosok yang melahirkan pendidikan di Indonesia.
Sedangkan dalam perspektif filosofis, peringatan Hardiknas harus dimaknai sebagai sebuah gerakan moral dalam memajukan dunia pendidikan di seluruh wilayah nusantara.
"Untuk itulah saya berharap agar kita semua sebagai anak bangsa harus memaknai peringatan Hardiknas tanggal 2 Mei 2016 dalam dua perspektif itu, apalagi dunia pendidikan kita tengah dihadapkan dengan berbagai tantangan sebagaimana yang kita rasakan," ujarnya. (*)