Jayapura (ANTARA) - Bupati Puncak Willem Wandik mengakui ada warganya yang menjadi korban dalam kontak tembak antara aparat keamanan dengan kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB).
"Memang benar ada warga yang menjadi korban saat kontak senjata terjadi, Selasa (17/9) sekitar pukul 15.00 WIT di Kampung Olen, Distrik Mabugi,' ujarnya ketika dihubungi Antara dari Jayapura, Rabu
Ia mengatakan dari laporan yang diterima tercatat tiga warga meninggal dan empat orang luka-luka.
Bupati yang dihubungi melalui telepon selularnya, mengatakan korban luka-luka ssudah dievakuasi ke Timika untuk dirawat di RSUD Timika, sedangkan yang meninggal akan segera dimakamkan.
Masyarakat memang selalu menjadi tameng bagi anggota KkSB karena biasanya kelompok tersebut bersembunyi dan bergabung di tengah masyarakat sehingga diharapkan aparat keamanan TNI-Polri diminta untuk tidak lagi melakukan pengejaran kepada KKSB karena yang menjadi korban adalah warga sipil.
Dia mengatakan,aparat keamanan diminta untuk menahan diri dan tidak lagi melakukan pengejaran karena akan berdampak luas baik itu pada pembangunan di daerahnya maupun dampak lainnya misalnya penggiat HAM yang menggunakan momentum itu untuk mengambil keuntungan.
“Mari kita sama-sama menjaga agar tidak menjadi konflik yang nantinya menjadi konsumsi politik terhadap insiden yang terjadi di Puncak,” ajak Bupati Wandik seraya menambahkan, karena itu aparat keamanan diminta untuk melakukan pendekatan secara persuasif.
Ia berharap dengan langkah persuasif diharapkan anggota KKSB nantinya mau sadar dan menyerahkan diri dan tidak lagi melakukan penyerangan terhadap warga sipil maupun aparat keamanan.
Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol CPL Eko Daryanto secara terpisah mengakui terjadinya insiden tersebut namun pihaknya masih mengumpulkan data-data terkait kasus itu.
"Memang benar adanya kontak tembak antara aparat gabungan TNI-Polri dengan KSB di wilayah Kabupaten Puncak," ujar Letkol Eko.