Jakarta (ANTARA) - Pelatnas renang untuk Olimpiade terpaksa masih harus dilakukan di luar sehubungan dengan penutupan Gelora Bung Karno (GBK) imbas pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang diperpanjang hingga 8 Februari.
Wakil Ketua Umum Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Harlin Rahardjo mengatakan bahwa pelatnas renang saat ini dipindahlokasikan ke kolam renang di Cikini, Jakarta Pusat. Selama satu bulan ini, latihan di luar Stadion Akuatik GBK pun dinilai tak ideal.
“Memang kondisinya sangat tidak ideal untuk pelatnas. Latihan juga sulit dan kami juga mesti hati-hati,” kata Harlin saat dihubungi di Jakarta, Sabtu.
“Akan tetapi, di satu sisi program harus jalan karena event juga sudah dekat, ada Olimpiade dan SEA Games. Tapi di sisi lain kami harus jaga atlet dan pelatih dari penyakit terutama COVID-19,” ujar dia menambahkan.
Meski demikian, PRSI tetap mendukung kebijakan pemerintah terkait PPKM sebagai upaya mengendalikan penyebaran virus corona di Indonesia terutama DKI Jakarta. Harlin berharap para atlet dapat segera kembali berlatih di Stadion Akuatik GBK agar bisa latihan dengan maksimal.
PRSI mempersiapkan enam atletnya yang difokuskan ke Olimpiade Tokyo. Keenam atlet itu adalah I Gede Siman Sudartawa, Triady Fauzi, Azzahra Permatahani, Farrel Armandio Tangkas, dan Glenn Victor.
PRSI sebelumnya sudah mengajukan proposal anggaran pelatnas tahun 2021 kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pada Desember 2020. Namun sampai saat ini mereka masih menunggu verifikasi dan jadwal penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Kemenpora.
PRSI berharap verifikasi dapat segera selesai setidaknya pada Februari nanti, sehingga program latihan untuk persiapan menghadapi lanjutan kualifikasi dan SEA Games 2021 dapat terus berjalan.
Harlin mengatakan bahwa pelatnas saat ini masih menggunakan anggaran tahun 2020 yang akan berakhir Januari ini.
Antara mencoba mengonfirmasi ke Kemenpora soal anggaran anggaran pelatnas tersebut, namun masih belum ada respons hingga berita ini diturunkan.