Palembang (ANTARA) - Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengingatkan BUMN untuk tidak asal membuat rencana ekspansi bisnis, karena jika mangkrak maka dirinya tidak segan-segan untuk mengusut.
Erick di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu, mengatakan, mengapresiasi keinginan BUMN untuk mengembangkan usaha namun rencana itu harus bisa diterima dalam hitungan bisnis.
“Bagaimana rencana proyek tersebut disusun ?. Mengapa bisa mangrak ?. Apa karena hanya ada keinginan pada direktur yang penting mereka ada proyek ?. Ini harus dicermati,” kata Erick.
Ia mencermati kasus di PT Krakatau Steel, yang mana telah menginvestasikan dana mencapai 850 juta dolar (Rp12 triliun) untuk pembangunan pabrik tanur tiup (blast furnace).
Pembangunan proyek yang memakan biaya investasi yang besar itu mangkrak selama empat tahun dan membebani perusahaan dengan utang menggunung.
Erick pun telah memerintahkan untuk dilakukan pengusutan karena ada dugaan korupsi.
Atas kejadian ini, Erick mengingatkan BUMN untuk mendukung proses transformasi bisnis yang dijalankan Kementerian BUMN dengan menetapkan lima fondasi sebagai acuan.
Lima fondasi itu yakni perbaikan korporasi dan pelayanan publik, fokus pada bisnis inti, inovasi berbasis digitalisasi, proses bisnis yang baik dan diawali dengan transformasi sumber daya manusia.
Penerapan ini juga harus berpegang teguh dengan nilai dasar (core values) yang telah ditetapkan bersama sejak 1 Juli 2020, yakni AKHLAK, akronim dari Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.
Jika nilai dasar ini diterapkan maka BUMN akan memberikan banyak kontribusi bagi negara. Di dalam bisnis dalam negeri, BUMN bukan mengambil kesempatan pihak swasta tapi adalah penyeimbang pasar.
“Ini susah jika tidak loyal, nanti berpikirnya ini kan perusahaan negara nanti jika rugi ada negara yang bantu. Jika ini dipertahankan, maka BUMN tidak sesuai harapan padahal asetnya sangat besar,” kata Erick.
Sejauh ini, berkat upaya yang dilakukan Kementerian BUMN sejak dua tahun terakhir, BUMN mampu berkontribusi ke negara senilai Rp377 triliun melalui pajak, dividen, dan bagi hasil.
Capaian positif lainnya dapat dilihat dari kenaikan laba hingga 365 persen atau pada semester I 2020 hanya mencapai Rp6 triliun, sementara pada periode yang sama tahun 2021 mampu meraup Rp26 triliun.