Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo mengharapkan parlemen-parlemen anggota Inter-Parliamentary Union (IPU) bersama pemerintahan negara masing-masing dapat memobilisasi terwujudnya aksi nyata dan konkret dalam mengatasi perubahan iklim.
"Saya sangat menghargai apabila seluruh parlemen negara-negara anggota IPU bisa memobilisasi bersama-sama pemerintahnya sehingga muncul sebuah keputusan, muncul sebuah aksi yang betul-betul nyata dan konkret," kata Presiden Jokowi di Sidang Ke-144 IPU, Nusa Dua, Bali, Minggu, sebagaimana disaksikan di kanal resmi YouTube Sekretariat Presiden.
Presiden mengatakan bahwa dunia dapat menghadapi hal yang mengerikan jika berbagai pihak tak berani memobilisasi kebijakan-kebijakan di parlemen maupun di pemerintahan untuk mengatasi perubahan iklim.
Menurut Presiden, isu perubahan iklim kerap menjadi topik pembahasan di berbagai agenda global. Namun, belum terlihat aksi lapangan atau aksi konkret untuk merealisasikan kebijakan mengatasi perubahan iklim tersebut.
"(Perubahan iklim) hal yang sering kita lakukan, sering kita bicarakan, sering diputuskan di dalam pertemuan global. Akan tetapi, aksi lapangannya belum kelihatan," ujarnya.
Ia mencontohkan salah satu kebijakan untuk mengatasi perubahan iklim yakni transisi energi yang memindahkan penggunaan sumber energi dari fosil ke sumber baru dan terbarukan.
Kebijakan transisi energi itu, menurut dia, terlihat mudah namun sulit dipraktikkan, terutama bagi negara-negara berkembang.
"Yang perlu dibicarakan dan dimobilisasi adalah pendanaan iklim," tuturnya.
Presiden Jokowi juga berharap investasi untuk penyediaan energi baru dan terbarukan serta transfer teknologi dapat segera terealisasi dalam bentuk konkret.
"Kalau ini tidak riil dilakukan, sampai kapan pun saya pesimistis bahwa yang namanya perubahan iklim ini betul-betul tidak bisa dicegah," kata Presiden.
Indonesia, kata Presiden, memiliki sumber energi baru terbarukan yang melimpah. Sumber tersebut, antara lain energi air atau hydropower dari 4.400 sungai. Indonesia juga memiliki sumber energi panas bumi atau geotermal hingga 29.000 megawatt.
Untuk merealisasikan transisi energi dengan sumber energi baru terbarukan tersebut, menurut Presiden, Indonesia membutuhkan investasi yang besar.
"Kalau itu hanya kita bicarakan dari tahun ke tahun dan tidak ada mobilisasi, tidak ada keputusan, saya pesimis bahwa yang namanya perubahan iklim ini betul-betul tidak bisa kita cegah sama sekali," kata Presiden Jokowi.