Kepala Klimatologi BMKG Jayapura Doni Kristianto kepada Antara, Kamis, mengatakan secara garis besar hal ini dikarenakan adanya pengaruh pegunungan menyebabkan tidak seragamnya musim kemarau.
"Kini beberapa tempat di Papua terjadi puncak musim hujan seperti di Timika dan Enarotali, padahal di 2022 musim kemarau diprediksi hingga Juli cenderung sedikit karena cenderung masih turun hujan," katanya.
Menurut Doni, musim kali ini hampir sama dengan periode 2021 di mana musim kemarau masih terdapat hujan, namun suhu udara di pagi hari lebih dingin dan itu perlu mendapat perhatian khusus.
"Penyebab masih turunnya hujan di musim kemarau disebabkan kawasan Pasifik di sebelah timur Papua seharusnya hangat tapi periode ini lebih dingin hingga menyebabkan lebih hangat sehingga penguapan lebih tinggi yang menyebabkan awan atau hujan," ujarnya.
Dia menjelaskan yang harus diantisipasi awal 2023 karena berada pada musim penghujan.
"Untuk musim kemarau kali ini tidak terlalu karena seharusnya saat ini musim kering namun hujan masih tetap turun, " katanya lagi.