Jayapura (Antara Papua) - Konsulat RI di Vanimo, Ibu Kota Provinsi Sandaun, Papua Nugini (PNG) menyatakan warga PNG di Vanimo mengeluhkan penutupan sementara pasar perbatasan di Skouw, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua, pascakebakaran pada 27 Agustus 2016.
"Pengaruh penutupan pasar perbatasan itu cukup besar karena cukup banyak kebutuhan yang mereka ambil dari pasar tersebut," ujar Konsul RI di Vanimo, Elmar Lubis di Jayapura, Jumat.
Dia menuturkan ketika terjadi insiden kebakaran, banyak pihak di Vanimo menanyakan tentang bagaimana keberlangsungan pasar perbatasan, dan pihaknya mendapat pemberitahuan dari BPKLN Provinsi Papua melalui surat bahwa untuk sementara pasar tersebut ditutup.
Pascainsiden kebakaran, Badan Pengelola Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua mengeluarkan surat edaran untuk penutupan pasar perbatasan hingga pasar sementara yang dibangun melalui dana swadaya pedagang, rampung.
Elmar memandang keberadaan pasar perbatasan telah menjadi suatu ketergantungan terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat Vanimo dan daerah di sekitarnya.
"Itu terjadi karena pertimbangan harga, ketersediaan jenis barang, saya rasa untuk Vanimo dan sekitarnya, pasar batas memenuhi banyak kebutuhan," kata dia.
Terlebih banyak juga pedagang di Vanimo yang mengambil stok barangnya di pasar batas, sehingga dampak dari penutupan pasar tersebut lebih meluas.
"Sebagian yang belanja di pasar batas untuk dijual lagi, jadi efeknya lebih luas lagi. Memang perbandingan harga cukup jauh, misal yang saya tahu, perbandingan harga satu bungkus rokok di Indonesia Rp20.000, kalau di Vanimo Rp150.000," ujar Elmar.
"Dari sudut harga, kita jauh lebih murah. Dari sudut jenis barang, juga apa saja ada di pasar, mereka tidak memiliki itu. Kalau pun ada harganya mahal dan jumlahnya terbatas," sambungnya. (*)