Pulau Papua merupakan wilayah yang kaya dan memiliki keaneragaman hayati alami cukup lengkap, salah satunya jenis pokem kepulaan Numfor atau gandum Papua sebagai makanan penganti pendamping selain beras yang memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi.
Masyarakat kepulauan Numfor sudah lama mengenal dan mengonsumsi tanaman pokem ini sejak zaman kolonial Belanda. Bahkan, menjadikannya makanan pokok alternatif pengganti keladi (talas), petatas (ubi jalar), singkong (ubi kayu), kacang hijau, sagu, aibon (buah pohon bakau/mangrove), maupun beras.
Bahan pokem Pulau Numfor diolah oleh warga setempat menjadi makanan pokok bagi ibu hamil, Bahan ini menjadi bubur sebagai makanan tambahan.
Makanan pokem tersebut dapat berfungsi sebagai karbohidrat untuk kebutuhan makanan bayi. Bahkan, tanaman khas pulau Numofr itu dapat menjadi sektor andalan agrobisnis pada waktu mendatang.
Budi daya tanaman pokem harus terus-menerus dilakukan dinas terkait sebagai salah satu komoditas ketahanan pangan nasional, khusus warga lokal Pulau Numfor.
Keunggulan lain dari pokem gandum Papua adalah mempunyai ragam kegunaan. Selain sebagai bahan baku makanan bagi manusia, juga sebagai bahan pakan ternak.
Walaupun kebanyakan orang awam hanya mengenal sagu sebagai makanan pokok, warga Lokal etnis Biak Papua telah menjadikan gandum sebagai variasi sumber makanan untuk pemenuhan karbohidrat bagi tubuh.
Tanaman pokem atau jawawut (Setaria italica sp) merupakan sejenis tanaman serealia yang banyak dijumpai di kepulauan Numfor.
Jenis tanaman varietas gandum yang dibudidayakan oleh kelompok etnis di Papua, kecuali yang ada di Numfor dan Warkapi (Manokwari).
Tanaman pokem meliputi lima generasi, yaitu Panicum, Setaria, Echinochloa, Pennisetum, dan Paspalum, semuanya termasuk dalam famili Paniceae.
Jenis jawawut yang ditemukan di Papua, termasuk spesies Setaria italica (pokem ekor macan) dan Pennicetum glaucum (pokem ekor kucing).
Secara konseptual, makanan tradisional dapat diartikan sebagai jenis makananan yang mengakar dari tradisi pada kelompok kultur tertentu.
Budayawan Biak Ham Wambrauw mengatakan bahwa pokem gandum Papua tidak hanya pemenuhan sumber nutrisi, tetapi juga memiliki fungsi-fungsi sosial yang penting dalam kehidupan masyarakat lokal kepulauan Numfor.
Makanan selalu menjadi sumber energi bagi bergeraknya suatu peradaban kompleksitas budaya dan keberlangsungan umat manusia.
Tanpa disadari sumber-sumber makanan, termasuk revolusi pertanian, di berbagai belahan dunia memberikan dampak yang besar pada perkembangan kebudayaan itu sendiri.
Kelompok etnis yang mengonsumsi jenis umbi-umbian lokal atau jenis sumber makanan lain, misalnya orang Karon, salah satu kelompok etnis di kepala burung Papua yang mengonsumsi jenis-jenis pisang asli yang hanya tumbuh di hutan-hutan ulayat mereka sebagai makanan pokok.
Sebagian orang pun menganggap unsur budaya di Papua yang berkaitan dengan sistem mata pencaharian hidup adalah berburu dan meramu (food gathering), katanya.
Padahal, pada kenyataan banyak pula kelompok etnis di Papua yang mengusahakan lahan mereka dengan membudidayakan tanaman lokal dengan sistem teknologi, pengetahuan lokal, dan bentuk-bentuk pembagian tenaga kerja yang cukup menarik bila dikaji lebih jauh
Ham Wambrauw menyebutkan hasil penelitian Uncen Jayapura ada lima jenis jawawut yang dijumpai di Biak Numfor, yaitu pokem vesyek (jawawut cokelat), pokem verik (jawawut merah), pokem vepyoper (jawawut putih), pokem vepaisem (jawawut hitam), dan pokem venanyar (jawawut kuning).
Bagi penduduk Biak Numfor, lanjutnya, jawawut telah lama dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok dan komoditas pertanian masyarakat adat.
Pangan Lokal
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Biak Mikha Ronsumbre menyatakan bahwa orang Numfor telah berabad-abad menggantungkan hidupnya pada budi daya jawawut sebagai pangan pokok selain umbi-umbian dan kacang hijau.
Selanjutnya, dinyatakan bahwa orang Numfor adalah penanam, penghasil, distributor, dan konsumen jawawut maupun kacang hijau sejak dahulu kala.
Jawawut atau gandum Papua memiliki berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan jenis gandum lain yang ada di Indonesia.
Jawawut mengandung karbohidrat lebih tinggi, yakni 74,16 persen dibanding gandum (Triticum sp.) sebesar 69 persen. Hal ini menunjukkan bahwa jawawut berpotensi sebagai sumber pangan fungsional, terutama sebagai sumber energi.
Kandungan zat gizi khusus pada pokem (Gandum Numfor) sesuai dengan hasil penelitian Uncen Jayapura Rumbrawer, menurut Mikha, tanaman pokem gandum Numfor memiliki senyawa aktif kandungan per 100 mg pokem Abu 2,75 persen, lemak 2,69 persen, karbohidrat 74,16 persen, besi (Fe) 121,63 mg, vitamin A 600 IU.
Selain itu, kandungan beberapa gizi pokem lebih tinggi daripada kandungan gizi yang ada pada gandum. Hal itu menunjukkan bahwa pokem berpeluang sebagai pengganti beras maupun terigu.
Jawawut berpotensi dikembangkan dalam rangka memperkuat ketahanan pangan sebagai sumber karbohidrat pengganti beras. Jawawut memiliki keunggulan daripada tanaman sumber karbohidrat lain.
Pokem dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah, termasuk tanah kurang subur, tahan kekeringan, mudah dibudidayakan, umur panen pendek, dan kegunaannya beragam. Petani umumnya menanam jawawut dengan sistem tambur benih secara langsung setelah lahan dibakar.
Hasil jawawut dengan cara tanam tambur benih secara langsung tanpa pemupukan lebih rendah daripada cara tanam pindah atau tambur benih secara larikan.
Kekayaan pangan di Indonesia sebenarnya sangat beragam. Akan tetapi, pada kenyataannya hampir sebagian besar mengonsumsi nasi atau beras, termasuk masyarakat di Provinsi Papua.
Data Badan Tanaman Pangan Provinsi Papua menyebutkan sejak 1998 penduduk Papua 30 persen mengosumsi ubi-ubian, 15 persen konsumsi sagu, dan selebihnya 55 persen memakan beras.
Padahal, di tanah Papua selain memiliki sagu dan umbi-umbian, sebenarnya masih memiliki tanaman pangan lainnya, antara lain talas atau keladi, aibon buah pohon bakau yang diolah jadi tepung.
Berdasarja hasil penelitian akademisi Universitas Cenredawasih Jayapura Frans Rumbrawer menyebutkan bahwa tanaman pokem gandum asal Pulau Numfor sangat bergizi tinggi, termasuk gandum lokal yang pemanfaatannya belum maksimal.
Gizi yang terkandung di dalam pokem ternyata tidak kalah dengan gandum yang biasa digunakan dalam tepung terigu, kata peneliti Uncen Frans Rumbrawer.
Peraih Penghargaan Bogasari Nugraha 2002 itu menegaskan bahwa pihanyak tetap melakukan penelitian pangan-pangan lokal, seperti keladi (talas), bete, dan aibon buah yang dipetik dari pohon bakau (mangrove).
"Bagi masyarakat di Kabupaten Supiori aibon adalah buah bakau yang bisa dikelola sebagai bahan makanan lokal," katanya.
Rumbrawer menyebut dari semua bahan pangan lokal yang diteliti ternyata hanya pokem yang meraih penghargaan bagi peneliti unggul Indonesia 2002.
Pokem atau otong lebih populer dengan nama gandum Papua adalah terigu dari tumbuhan (tanaman) kelas monocontiledonae, familia gramineae, genus sorghum, species sorghum.
Tanaman ini merupakan asli dan dibudidayakan oleh suku etnis kepulauan Numfor sebagai makanan pokok di Pulau Numfor.
Jika diamati secara sepintas tanaman pokem ini sekeluarga atau mirip dengan sorghum, ujarnya.
Menurut Rumbrawer, pokem Papua ini belum pernah ada yang meneliti sehingga membuatnya merasa terdorong untuk mengembangkan pokem ini sebagai salah satu pangan lokal di Papua.
"Pasalnya, orang tua kami di Numfor sejak dahulu sudah mengosumsi pokem ini sebagai bahan makanan karbohidrat di samping keladi dan talas," ujarnya.
Tanaman pokem Numfor, lanjutnya, sangat bergizi bernilai tinggi dan potensial dibudiayakan di kalangan masyarakat Pulau Numfor.
Hasil penelitian ternyata pokem Papua menyangdung gizi yang luar biasa daripada gandum (Triricum Spp), khususnya lemak, protein, dan karbohidrat lebih tinggi daripada gandum.
Kandungan vitamin A, B1, dan B2 pun lebih tinggi jika dibandingkan dengan gandum. Keistimewaan dari pokem adalah mengandung vitamin C dan D serta kandungan mineral, baik makro maupun mikro pokem lebih tinggi daripada pada gandum, kecuali B6 dan B12.
Namun, ada kelemahan pada Pokem karena mengandung trace elemen yang tidak dibutuhkan dalam tubuh manusia, antara lain, Hg, Cu, dan As. Unsur-unsur ini akan memengaruhi kualitas produksi pangan yang akan dikonsumsi oleh masyarakat. Akan tetapi, kelemahan tersebut dapat diminimalisasikan dengan teknologi bidang pengelolaan pangan. Orang Numfor sendiri telah mengetahui teknik untuk mengatasi hal tersebut, kata Rumbrawer.
Cara budi daya pokem menurut orang Numfor zaman dahulu mempunyai kebiasaan yang disebut aukaker pokem berarti rencana kerja lading pokem. Wosayai yafbabo pembukaan lahan baru. Upacara ini selalu dilaksanakan warga sebelum pengerjaan ladang menanam pokem di lahan pertanian masyarakat setempat.
Pokem bisa dipanen setiap 3 bulan. Jadi, dalam 1 tahun bisa menghasilkan empat kali panen. Persyaratan tumbuh pokem, antara lain, curah hujan sekitar 3.000 s.d. 3.500 mm dan ketersediaan air cukup baik, kecepatan angin sedang sebab pokem termasuk tanaman yang perlu perlakuan khusus.
Biasanya yang menjadi hama bagi pokem adalah ulat, belalang, babi hutan, burung-burung pemakan pokem dan gangguan lainnya.
Semut merah juga senang terhadap pokem karena kadar gulanya cukup tinggi. Saat panen pun harus dilakukan secara khusus dan hati-hati sebab pascapanen dimulai saat dipetik hingga pengelolaannya menjadi bahan pangan.
Cara menghaluskan pokem yang telah dipanen, yaitu dengan lesung (asri/bahasa Numfor) dan alu (akyuk/bahasa Numfor) yang mula-mula harus dibersihkan agar terhindar dari kotoran.
Kampung-kampung di Pulau Numfor yang masih aktif menanam pokem adalah Kampung Kameri, Namber, Kansai, Baruki, dan Sandau. Kampung lainnya tidak lagi menanam pokem disebabkan beberapa alasan, seperti lahan kebun yang dialihfungsikan sebagai permukiman dan konsentrasi penduduk pada pekerjaan lain yang dirasa lebih menguntungkan dan lebih ringan.
Lokasi penelitian yang dilakukan untuk pengambilan data tentang pokem yaitu di Kampung Baruki yang merupakan salah satu kampung yang masih aktif menanam pokem diwilayah pulau Numfor.
Kampung Baruki adalah kampung yang terletak di Distrik Numfor Barat Kabupaten Biak Numfor merupakan kampung baru yang dahulunya pindahan dari Kampung Kornasoren (Distrik NumforTimur) pada tahun 1940-an. (*)