Jakarta (ANTARA) - Disebutnya nama DR. Ir. Mochamad Basuki Hadimuljono, M.Sc, oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) maka tugas yang tidak ringan sudah kembali lagi menanti di hadapannya.
"Tugasnya infrastruktur, sudah, kita tahu semuanya," kata Presiden RI Joko Widodo saat mengumumkan nama-nama menteri untuk periode 2019-2024.
Penunjukan Basuki, demikian ia biasa disapa, sebagai Menteri PUPR diharapkan bisa terus melanjutkan pembangunan infrastruktur seperti yang disampaikan di dalam visi presiden yakni menghubungkan apa yang sudah dibangun dengan kawasan-kawasan khusus yang selaras dengan konsep Indonesia sentris.
Pembangunan infrastruktur dengan konsep Indonesia sentris masih akan menjadi tantangan Basuki ke depan. Ditambah, pembangunan ibukota baru di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Basuki, juga dikenal sebagai seorang pekerja lapangan dan mengusai bidang pekerjaannya dengan cakap. Ia juga salah satu menteri kabinet dari kalangan birokrat.
Indonesia sebagai negara berkembang, infrastruktur sangatlah vital bagi kemajuan dan kualitas kehidupan banyak orang. Dalam nawacita pemerintahan Presiden Joko Widodo, pembangunan infrastruktur masuk dalam poin ketiga yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
Pria kelahiran Surakarta, 5 November 1954 tercatat sudah berhasil membuat capaian besar selama menjadi Menteri PUPR periode 2014-2019. Salah satunya adalah, peringkat daya saing infrastruktur Indonesia mengalami peningkatan, dari posisi 61 pada tahun 2013 menjadi 52 pada tahun 2018.
Di bawah kepemimpinannya, Kementerian PUPR cukup yakin menargetkan panjang jalan beroperasi lebih kurang 1.500 kilometer atau melebihi target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang ditetapkan sepanjang 1.000 kilometer.
Pembangunan jalan dalam lima tahun ke depan juga masih akan terus dilanjutkan dengan target sekitar 2.500 kilometer dengan perkiraan investasi Rp250-Rp375 triliun. Dalam pembangunannya, pemerintah akan menggunakan pembiayaan dari investasi badan usaha maupun Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Selain itu, juga tercatat sebanyak 14 bendungan telah rampung hingga tahun 2018. Pada tahun 2019 Kementerian PUPR menargetkan 15 bendungan selesai.
Kementerian PUPR juga telah membangun tujuh Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang tersebar di sejumlah lokasi perbatasan dalam kurun waktu 2015 sampai 2018.
Sederhana
Meski menjabat menteri, kesederhanaan Basuki tidak menghilang. Hingga saat ini, Basuki tetap menggunakan ponsel jadul, hanya mendukung fitur telepon dan pesan singkat.
Dalam suatu kesempatan, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD melalui jejaring twitternya pada Jumat (15/10/2019) silam mengungkapkan bahwa Basuki merupakan sosok yang memiliki gaya hidup sederhana.
"Saat berbuka bersama di rumdin (rumah dinas) Men-PUPR kemarin sore saya dapat cerita dari teman-temannya betapa sederhananya gaya hidup Pak Basuki. Sejak mahasiswa dulu, termasuk saat studi di USA, ibadahnya kenceng, termasuk rajin salat tahajjud untuk selalu bermunajat kepada Allah. Dia adalah pejabat yang rendah hati," tulis Mahfud yang saat ini menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan.
Selama bekerja di Pekerjaan Umum, Basuki pernah menjabat sebagai Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal (2002-2003), Direktur Jenderal Sumber Daya Air (2003-2005).
Kemudian, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum (2005-2007), Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum periode (2007-2013), dan Direktur Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum (2013-2014).
Dari instansi itu, Basuki mendapat beasiswa untuk melanjutkan jenjang magister dan doktor di Colorado State University, USA. Pada usia 35 tahun ia meraih master, dan doktornya pada usia 38 tahun.
Pria lulusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta itu juga tercatat sudah mengabdi selama lebih dari 40 tahun. Kariernya ia habiskan di instansi itu. Berbagai posisi telah ia duduki.
"Jabatan buat saya adalah perintah tidak hanya amanah dari Allah, tapi perintah dari atasan kepada saya. Jadi, kalau itu perintah pasti saya laksanakan," ujar Basuki yang suka menabuh alat musik drum itu.
Ibu kota baru
Pekerjaan Rumah (PR) Basuki tidak hanya sebatas pembanganan infrastruktur saja, ada tugas besar lain sedang menanti untuk dikerjakan, pembangunan ibukota baru.
Selain dirancang menjadi kota cerdas, desain ibu kota negara baru juga harus mencerminkan identitas bangsa yang diterjemahkan dalam rancangan perkotaan secara filosofis dari pilar-pilar kebangsaan yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945.
Sebanyak 762 orang tercatat mengikuti sayembara desain kawasan ibu kota baru. Sayembara yang terbuka bagi Warga Negara Indonesia (WNI) maupun non WNI dan dapat diwakili oleh perseorangan atau kelompok itu, tentunya harus memenuhi kebutuhan infrastruktur ibu kota negara.
Kebutuhan infrastruktur Ibu Kota Negara yaitu sumber daya air yang terdiri dari kebutuhan air baku, pengendalian banjir, drainase, dan infrastruktur energi yang terdiri dari PLTA dan gas, jalan dan jembatan yang terdiri dari kebutuhan jalan nasional tol, jalan nasional non tol,.
Selain itu, fasilitas pejalan kaki, lajur sepeda, dan rel kereta, dan terakhir perumahan dengan jumlah rumah atau Kartu Keluarga sebanyak 307.879 unit hunian untuk 1.500.000 orang dengan kebutuhan lahan sekitar 40.000 ha.
Sehingga dibutuhkan konsep rantai pasok konstruksi yang dikenal dengan 5M, yaitu man, machine, method, material, dan money yang akan digunakan dalam pelaksanaan jasa konstruksi.
Dalam pembangunan Ibu Kota Negara yang baru, tentu banyak tantangan-tantangan yang akan dihadapi Basuki dan tim PUPR ke depannya terutama saat "land acquisition", seperti surat izin tambang, kondisi tanah, teknologi yang akan digunakan dalam pembangunan, dan sebagainya.
Meski banyak tantangan, sosok Basuki dinilai banyak kalangan akan mampu membangun infrastruktur, secara paralel juga melakukan pembangunan ibu kota baru sehingga dapat memperbaiki citra Indonesia dimata mancanegara.
Layaknya seorang drummer dalam sebuah band, Basuki lah yang memberikan aba-aba dimulainya sebuah proyek dan menjaga ritme pengerjaannya agar tepat jadwal penyelesaian.
Ibarat bermain musik, gaya bekerja Basuki telah membuat pembangunan infrastruktur di Indonesia berubah dari irama musik "slow" ke "rock n roll".
"Mudah-mudahan saya bisa 'istiqomah'," ucap Basuki.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan infrastruktur "rock and roll"
Tugasnya infrastruktur, sudah, kita tahu semuanya