Jayapura (ANTARA) - Situs Megalitik Tutari yang terletak Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua butuh perhatian dari para pemangku kepentingan.
"Sejak tiga tahun terakhir ini, Situs Megalitik Tutari tidak mendapat perhatian dari dinas terkait," kata Hans Marthen Pangkatana, juru kunci atau penjaga Situs Megalitik Tutari di sela-sela kegiatan sosialisasi Rumah Peradaban Situs Megalitik Tutari untuk generasi milenial yang dilaksanakan oleh Balai Arkeologi Papua di Doyo Lama, di Jayapura, Rabu.
Padahal, kata dia, berbagai laporan dan aduan terkait kebutuhan untuk perawatan Situs Megalitik Tutari sudah sering dilayangkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua.
"Tapi hingga kini tidak ada tanggapan atau balasan. Saya kerja di sini sejak 1999, tapi perhatian tempat ini sebagai salah satu destinasi wisata tidak sama dengan Tugu McArthur di Ifaar Gunung," katanya.
Lebih lanjut, Hans merincikan hal yang perlu mendapat perhatian, diantaranya adalah papan nama Situs Megalitik Tutari yang berjumlah dua buah sudah tidak terbaca lagi isinya dan telah dicabut dari pinggir jalan.
Sementara satu unit rumah yang ada di lokasi situs tersebut, perlu mendapatkan peremajaan atau renovasi karena telah rusak disejumlah bagian, bahkan tidak ada toilet dan air bersih bagi wisatawan yang akan datang berkunjung.
"Jadi, semalam karena Balai Arkeologi Papua mau buat sosialisasi kepada para pelajar, akhirnya pegawai mereka membersihkan area dipintu masuk dan sekitar rumah situs dengan mesin babat. Karena mesin babat yang kami punya disini sudah rusak sejak lama," kata Hans mengeluh.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayapura Joko Sunaryo mengaku tidak bisa berbuat optimal untuk area di Situs Megalitik Tutari karena pengelolaan ataupun pengawasannya ada pada instansi lain.
"Tetapi, kami terus berupaya untuk melakukan yang terbaik. Situs Megalitik Tutari sudah menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Jayapura dan ini kami selalu gaungkan dalam Festival Danau Sentani," katanya.
Sedangkan, Kepala Balai Arkeologi Papua Gusti Made Sudarmika menilai bahwa Situs Megalitik Tutari bisa mendatangkan pendapatan asli daerah (PAD) bagi Kabupaten Jayapura dan Provinsi Papua, jika pengelolaan situs tersebut dilakukan secara profesional dengan melibatkan masyarakat setempat.
"Dan yang terutama adalah Situs Megalitik Tutari tetap lestari, para generasi muda Papua juga bisa mengenal keunikan atau tempat-tempat bersejarah atau prasejarah yang bernilai seni tinggi. Sarannya semua pemangku kepentingan harus peduli dengan situs ini," katanya.