Kupang (ANTARA) - Ekonom dari International Fund for Agricultural Development (IFAD), James Adam, mengatakan penutupan pintu perbatasan antara Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Timor Leste akan berdampak terhadap ekonomi negara tetangga itu.
"Secara makro, akan berdampak terhadap ekonomi negara Timor Leste, karena kita tahu bahwa kebutuhan pokok di negara itu lebih banyak di kirim dari NTT," kata James Adam kepada ANTARA di Kupang, Selasa.
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan rencana Pemerintah NTT menutup wilayah perbatasan dua negara itu, untuk mengantisipasi penyeberan virus corona, dan imbas ekonomi bagi dua wilayah yang berbatasan darat tersebut.
Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan, pemerintah akan menutup wilayah perbatasan NTT-Timtim selama dua bulan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona.
Menurut Mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Artha Wacana itu, untuk tindakan preventif, pemerintah boleh saja menutup wilayah perbatasan, sebagai tindakan pencegahan sebelum terjadi masalah.
Hanya saja, langkah pertama yang semestinya dapat dilakukan pemerintah adalah membatasi jumlah pengunjung saja ke wilayah NTT tetapi dengan pemeriksaan standar.
"Dan kalau mau diberlakukan, maka sebaiknya harus di publikasi jauh-jauh hari agar orang yang akan masuk dan keluar, sudah harus tau dan mengatur jadwal perjalanan mereka," katanya.
Sektor usaha
Dia menambahkan, penutupan wilayah perbatasan dua negara itu juga akan berdampak pada sektor usaha, khususnya pengusaha yang selalu mondar mandir ke Timor Leste yang asalnya dari NTT.
Pasokan barang pun pasti terganggu di Timor Leste sebab barang yang masuk dari NTT masih relatif murah di pasaran, ketimbang barang dari Australia atau negara lain.
Artinya, secara makro akan berdampak juga terhadap ekonomi di negara yang memisahkan diri melalui referedum pada September 1999 itu, kebutuhan pokok di negara itu lebih banyak di supply dari NTT, katanya menjelaskan.