Jayapura (ANTARA) - Tsinga atau Arwandop Tsinga, salah satu kampung kecil yang masuk wilayah Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, yang berada di ketinggian 1.400 meter dan berada di sekitar kawasan operasional PT.Freeport.
Untuk mencapai kampung tersebut hanya dapat dijangkau menggunakan pesawat berbadan kecil, seperti cessna dan caravan serta helikopter atau berjalan kaki seperti yang dilakukan masyarakat di wilayah itu .Belum adanya jalan yang bisa dilewati kendaraan, maka akses masyarakat sekitar ya hanya jalan kaki menyusuri hutan jika ingin pergi ke wilayah sekitarnya.
Namun nama kampung itu kembali mencuat setelah anggota TNI-AD yang tergabung dalam satuan tugas pengamanan daerah rawan yang berasal dari Yonif 756/WMS hilang akibat terjatuh ke sungai dan jasadnya hingga kini belum diketemukan.
Jasad Pratu Kurniawan yang kelahiran Aceh ini, sejak Selasa (12/1) belum ditemukan setelah tergelincir dan jatuh ke sungai Tsinga saat pulang ke pos yang terletak sekitar 500 meter usai berpatroli bersama rekan-rekannya.
Sebelumnya Rabu (6/1) helikopter milik PT Sayap Garuda Indah yang sedang melakukan survei dari udara dan diterbangkan pilot warga negara asing (WNA) ditembak orang tak dikenal (OTK).
Bahkan pada 2020, tepatnya yakni tanggal 17 November lalu, Prada Hengku Sumarlin Zai yang juga anggota Yonif 756/WMS hilang di kawasan Utikini saat berpatroli. Utikini sendiri letaknya relatif cukup dekat dengan Tsinga yakni sekitar 53,7 KM dan masuk dalam wilayah Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika.
Tercatat dua prajurit TNI-AD yang berasal dari Yonif 756/WMS hilang saat bertugas di wilayah Distrik Tembagapura.
Distrik Tembagapura sendiri memiliki enam kampung dan satu kelurahan yakni Kelurahan Tembagapura, Kampung ArwandopTsinga, Kampung Jagamin, Kampung Beanekogom, Kampung Opitawak dan Kampung Doliningokngin.
Memang benar hingga kini jasad Pratu Kurniawan belum ditemukan walaupun upaya pencaharian sudah dilakukan dibantu dengan warga setempat, kata Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Ignatius Yogo Triyono.
Mantan Komandan SECAPA TNI-AD mengakui, dari laporan yang diterima sesaat setelah tergelincir dan terjatuh korban berupaya berenang ke pinggir sungai namun saat anggota dan warga berupaya mendekat untuk menyelamatkannya tubuhnya sudah tidak terlihat.
Saat insiden terjadi korban tidak membawa senjata dan tergelincir ketika melewati jembatan. "Pencaharian masih dilakukan namun belum berhasil menemukan yang bersangkutan," kata Mayjen TNI Yogo..
Bawa kayu bakar
Dandrem 174 ATW Brigjen TNI Bangun Narwoko menyatakan, kemungkinan korban disandera atau menjadi korban kelompok kriminal bersenjata (KKB) kecil kemungkinannya karena bila menjadi korban maka kelompok tersebut akan melakukan publikasi kejadiannya melalui media sosialnya.
"Kemungkinan menjadi korban KKB sangat kecil karena kebiasaan kelompok tersebut yang langsung memberitakan bila menembak aparat keamanan ke media sosial," kata Narwoko.
Dia juga mengaku saat insiden itu terjadi Pratu Kurniawan sedang mengangkut kayu yang akan dibawa ke posnya yang berada di seberang sungai.
Dari laporan yang diterima Pratu Kurniawan sedang memikul kayu yang akan digunakan sebagai kayu bakar namun saat melewati jembatan gantung terpeleset dan jatuh ke sungai yang saat itu airnya memang deras.
Saat ini hujan sering mengguyur kawasan itu sehingga anggota dan warga kesulitan mencari korban, kata Brigjen TNI Narwoko seraya mengaku, korban dan rekan-rekannya baru bertugas selama tiga bulan di pos Tsinga.
Curah hujan di wilayah itu memang cukup tinggi hingga menyebabkan air yang mengalir di sungai relatif deras, belum lagi kawasan itu yang dikelilingi pegunungan yang terjal.
"Kami berharap kedua anggota yang hilang itu dapat ditemukan, walapun kondisi alam menyulitkan untuk melakukan pencaharian karena dikelilingi gunung dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi," aku Narwoko.
Dandrem 174 ATW mengaku sudah memerintahkan Danyon 756/WMS untuk ke pos Tsinga guna memonitor secara langsung upaya pencaharian serta bertemu dengan anggotanya.
Tidak mudah memang bertugas di kawasan itu karena kondisi alam dan iklim atau cuaca yang sangat menantang, kata Narwoko.
Hilangnya prajurit anggota Yonif 756/WMS ini sudah dilakukan pencarian dengan melibatkan para ketua adat yang memiliki pemahaman wilayah tersebut, namun hingga saat ini belum bisa ditemukan. Banyak cerita mistis yang meliputi hilangnya prajurit TNI ini, namun upaya pencarian tetap dilakukan.
Selain itu, pihak TNI juga melibatkan tim SAR gabungan untuk mencari prajurit dan pencarian melalui udara dengan menggunakan helikopter juga telah dilakukan untuk menemukan salah satu anggota Yonif 756/WMS ini.
Batalyon Infanteri 756/Wimane Sili atau Yonif 756/WMS berada di bawah komando Korem 172/Praja Wira Yakthi Kodam XVII/Cenderawasih. Markas Batalyon ini Bermarkas di Kulagaima, Wamena, Jayawijaya yang terdiri dari Markas Batalyon, Kompi Markas, Kompi Bantuan, Kompi Senapan D, dan Kompi Senapan E.
Sedangkan Kompi Senapan A bermarkas di Arso, Kabupaten Keerom, Kompi Senapan B bermarkas di Lereh, Jayapura, dan Kompi Senapan C bermarkas di Senggi, Kabupaten Keerom. Batalyon ini dibentuk pada tanggal 29 November 2004. Kata Wimane berarti Ksatria yang selalu siap untuk perang, sedangkan Sili adalah Jagat Raya, sehingga secara keseluruhan Wimane Sili berarti Ksatria yang selalu siap untuk perang.