Wamena (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, memberikan bantuan satu unit mesin penggiling gabah untuk kelompok tani sawah yang merupakan Orang Asli Papua (OAP).
Ketua Kalompok Tani Sawah Kampung Jonggime di Distrik Pyramid, Kabupaten Jayawijaya, Joringkis Wenda di Pyramid, Sabtu, mengatakan bantuan mesin ini memotivasi kelompoknya untuk membuka lebih luas lagi lahan sawah.
"Kami berterima kasih karena kemarin hasil panen kami masih jadi gabah tetapi sekarang sudah menjadi beras. Hari ini kami uji coba mesin baru dan gilingannya baik sehingga kami bersyukur kepada Tuhan dan dinas terkait," katanya.
Selain mesin giling gabah, kelompok tani yang terdiri dari gabungan pemuda, pihak gereja dan pemerintah kampung itu juga didukung dengan mesin traktor maupun mesin remu dari pemerintah.
"Kelompok persawahan Kampung Jonggime, Distrik Pyramid mengucapkan terima kasih, dalam hal ini sekretaris dan kabid yang selalu membina, mengawasi masyarakat, terutama di Pyramid," katanya.
Dengan dukungan pemerintah, kelompok tani ini berniat menambah lagi luas persawahan selain enam hektare yang sementara digarap.
Sekretaris Dinas Pertanian Jayawijaya Doktor Viktor Malisa mengatakan tujuh mesin penggiling telah didistribusikan untuk petani sawah Jayawijaya dan walau sebagian dari 27 kelompok tani sawah ada yang mati suri, dinas terus memotivasi mereka untuk bangkit karena program pertanian sejalan dengan visi kepala daerah.
"Mesin penggiling yang aktif itu ada 7 unit. Ada di Kelompok Hawali, Siepkosy, Helalua, di Libarek, Musatfak, sekarang di Pyramid, satunya di Distrik Maima," katanya.
Ia memastikan pembukaan persawahan memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat, sebab pemimpin kelompok tani yang dibina rata-rata merupakan kepala suku yang juga memiliki kewajiban menyejahterakan warganya.
"Dalam satu kampung itu kalau ketuanya sudah pemimpin (kepala suku) maka memberi ruang yang luas bagi masyarakat di kampung untuk ikut bersama-sama mengelola lahan itu, yang pada akhirnya kita mengharapkan mereka bisa menikmati hasilnya," katanya.
Rata-rata kelompok tani yang dibina bekerja secara swadaya dan saat memantau ke lapangan, pemerintah langsung memberikan dukungan bagi kelompok tani tersebut.
"Jadi swadaya masyarakat mengelola lahan, kekurangan-kekurangan berupa alat, pengetahuan, itulah fungsi kami dari dinas untuk mendampingi sehingga menuju kepada kemandirian ekonomi," katanya.
Kabid Sarana Prasarana Pertanian Dinas Pertanian Jayawijaya, Marinus Kosay, SP, mengatakan ia bersama sekretaris dinas selalu turun berdiskusi bersama masyarakat sekaligus mengajarkan masyarakat menggunakan peralatan yang diberikan.
"Biarpun mereka ini tidak berpendidikan tetapi namanya orang Papua dia, hanya melihat, tinggal praktik itu sudah bisa, tinggal teori itu kami didik dari belakang. Macam operator mesin giling di Pyramid itu hitung-hitung saya hanya ajar 15-20 menit dia sudah tahu karena dasar-dasar dia sudah tahu," katanya.
Ia bersama sekretaris mengharapkan pemberian alat tanpa pendampingan tidak lagi terjadi di masyarakat.
"Dahulu pengadaan alat tetapi tidak diajar manajemen operasional mesinnya, cara penggunaannya, cara perawatannya. Mereka harus diajar cara bajak, cara operasi mesin, cara perbaiki sparepartnya. Itu bentuk dukungan kami agar terwujud kemandirian," katanya.