Sentani (ANTARA) - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Jayapura, Papua, menyatakan prevalensi angka stunting tercatat 20,02 persen pada akhir Desember 2023.
Prevalensi angka stunting pada 2021 (29,20) persen, 2022 (20,02) persen dan 2023 angkanya diperoleh pada akhir 2024).
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Jayapura Parson Horota di Sentani, Kamis, mengatakan terdapat dua survei yang dilakukan dalam pengukuran prevalensi stunting di Kabupaten Jayapura.
“Survei pertama itu dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI melalui Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dan survei yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura,” katanya.
Menurut Parson, survei pengukuran itu dilakukan dua kali dalam setahun yakni Februari dan Agustus 2023.
“Kita mengukur bayi dengan berat badannya apakah sesuai dengan umurnya atau tidak, itu yang dilakukan oleh teman-teman kesehatan di 10 locus atau kampung dan memperoleh angka 11 persen,” ujarnya.
Dia menjelaskan sampai dengan saat ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayapura masih menggunakan hasil survei SSGI dari Kementerian Kesehatan RI.
“Prevalensi angka stunting 2022 itu yang diukur tahun ini yaitu 20,02 persen, kemudian untuk hasil prevalensi 2023 akan diukur pada 2024,” katanya.
Dia menambahkan pihaknya optimis prevalensi stunting 2024 yang akan diukur pada 2025 akan sesuai dengan target nasional yakni 14 persen.
“Pengukuran 2024 untuk prevalensi angka stunting 2023 akan turun ke angka 17 persen, kemudian tahun berikutnya akan sesuai seperti target nasional 14 persen,” ujarnya.
Bappeda Kabupaten Jayapura merupakan koordinator Tim Percepatan Pengendalian Stunting (TPPS) daerah setempat.*