Jayapura (Antara) - Tiga kawasan situs di Provinsi Papua Barat berpotensi menjadi warisan dunia.
"Penelitian yang dilakukan Balai Arkeologi Jayapura di sejumlah tempat atau kawasan di Papua dan Papua Barat hingga saat ini terdapat 310 situs. Tiga di antaranya berpotensi menjadi warisan budaya dunai," kata Kepala Balai Arkeologi Jayapura Muhammad Irfan di Jayapura, Papua, Minggu.
Ia mengatakan, ke tiga kawasan situs berpotensi warisan dunia itu yakni kawasan situs seni cadas Misool di Kabupaten Raja Ampat, kawasan situs seni cadas Kokas, Kabupaten Fakfak dan kawasan situ seni cadas di Kabupaten Kaimana yang terdapat di Teluk Bicari, Selat Maimai dan Teluk Triton.
"Ketiga tempat ini sangat berpeluang untuk menjadi kawasan warisan dunia. Hanya saja perlu pengkajian lebih lanjut dan ada dorongan serta perhatian dari masyarakat serta pemerintah daerah setempat," katanya.
Situs warisan dunia, lanjut Irfan, harus memiliki sejumlah kriteria di antaranya kawasan situ itu bisa menunjukkan hasil karya adiluhung.
Kriteria lainnya adalah situs menunjukkan interaksi penting nilai kemanusiaan terhadap perkembangan arsitektur atau teknologi, memiliki keunikan dan mewakili tradisi yang luar biasa.
Lalu, merupakan contoh menonjol dari karya arsitektur atau teknologi serta merupakan contoh menonjol dari pemukiman tradisional, dan secara langsung terkait dengan peristiwa atau tradisi kehidupan setempat.
"Semua kriteria ini harus terpenuhi jika ingin diusulkan menjadi salah satu warisan dunia," katanya.
Selain itu ketiga kawasan situs di atas tadi, kata Irfan, ada sejumlah kawasan situs di Papua dan Papua Barat yang bisa menjadi warisan nasional, di antaranya situs Penginjilan di Pulau Mansinam, Manokwari, situs Megalitik Tutari di Sentani, situs Pemukiman Tua Yemokho di Sentani, situs Neolitik Bukiit Srobu di Kota Jayapura.
"Situs Arca Polinesia di Kabupaten Jayapura, situs Prasejarah Biak, situs Gua Jepang Binsari Biak, situs Masa Kolonial di Boven Digul, situs Kolonial Mc Arthur di Kabupaten Jayapura, dan situs Kolonial di Merauke," katanya.
Irfan juga menyampaikan perlunya penelitian terpadu secara bersama atau terpisah pada kawasan situs-situs tersebut dengan sejumlah instansi terkait, kampus, pemerintah setempat, lsm dan dengan dukungan media. Sehingga pelestariannya tetap terjaga dengan baik.