Jayapura (Antara Papua) - General Manager PLN Wilayah Papua dan Papua Barat, Roberth Sitorus mengatakan, pembangunan transmisi saluran udara tegangan tinggi (sutet) dari PLTU Holtekamp menyisakan 13 titik dari total 78 unit tower yang direncanakan diwujudkan.
"Hingga kini, tinggal 13 titik tower yang akan dibangun sebelum masuk ke dalam gardu induk di Skyline, Kota Jayapura," kata Roberth Sitorus di Kota Jayapura, Rabu.
Ia mengatakan PLTU Holtekamp kini dalam tahap masa uji coba pembakaran dalam tungku dengan menggunakan material kayu sebelum menggunakan bahan baku utama, berupa batu bara yang akan didatangkan dari Pulau Kalimantan.
"Sementara sedang masa uji coba, sudah ada asap di cerobongnya kalau rekan-rekan (wartawan, red) melihat dari Skyline ke arah Holtekamp," katanya.
Menurut Sitorus, PLTU Holtekamp akan menghasilkan 2x10 MW atau 20 MW yang bisa membantu penerangan di Kota Jayapura dan sekitarnya.
Apa lagi pemakaian daya di Ibu Kota Provinsi Papua dan beberapa kabupaten terdekat, kata Sitorus, bisa mencapai 70 MW dengan beban puncak 72 MW.
"Nah, kalau PLTU Holtekamp beroperasi paling tidak ketersediaan pasokan listrik di Jayapura bisa mencukupi," katanya.
Selain itu, mengenai operasional PLTU Holtekamp yang bisa mencemari udara dan abu-nya bisa melekat pada tanaman yang ada di sekitar Distrik Muara Tami, Sitorus mengatakan hal itu sudah dipikirkan jauh sebelumnya.
"PLTU sudah dibangun di mana-mana dan sebelum itu sudah pasti ada perhitungan amdal, UKL, UPL-nya. Memang mungkin sih pasti adalah, yang selama ini tidak ada uap sama sekali tiba-tiba ada, tapi saya kira masih dalam batas ambang aman semua," katanya.
Sitorus menambahkan bahwa pembangunan PLTU Holtekamp tidak asal dilakukan karena dibangun untuk kebutuhan masyarakat akan pasokan listrik dan tentunya saat berdiri telah mempunyai izin.
"Sudah pasti akan ada penanganan untuk itu (abu batu bara,red), PLN tetap memerhatikannya bisa dengan menggunakan dana CSR dan sudah ada pihak-pihak yang mengajukan diri untuk menangani hal tersebut," katanya. (*)