Timika (Antaranews Papua) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Mozes Kilangin Timika, Kabupaten Mimika, Papua, mengimbau warga di wilayah itu untuk mewaspadai hujan dengan intensitas tinggi disertai guntur pada sore hingga malam.
"Hujan disertai badai guntur, itu terjadi sore hari, puncaknya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Sementara siang hari lebih didominasi, kami istilahkan hujan lokal, hujan yang tidak merata hingga April mendatang," kata Prakirawan BMKG Timika Ardi Onda NS di Timika, Selasa.
Ia mengatakan arah angin disebabkan oleh angin yang dominan berembus dari barat ke timur.
Kendati demikian hal itu tak begitu berpengaruh pada tingginya gelombang di perairan Mimika.
Sementara itu, musim penghujan di wilayah itu akan dimulai pada Mei dan mencapai puncaknya pada Juni hingga Agustus.
Arah angin pada bulan-bulan itu akan berembus dari selatan ke utara dan berpengaruh signifikan pada tingginya gelombang.
Masuk September kondisi cuaca di Timika akan kembali normal.
"Data Klimatolgi kami, setiap pertengahan tahun hujannya tinggi dengan hari hujan 29 sampai 30 hari, artinya bisa sebulan penuh hujan dan kondisinya bisa sepanjang hari," kata Ardi.
Menurut dia, ambang batas normal curah hujan di Indonesia, yaitu 100 milimeter per bulan.
Untuk mengukurnya, BMKG memiliki satu unit alat penakar hujan. Sementara rata-rata curah hujan di Timika pada 2017 berada di kisaran 700, artinya jauh di atas ambang batas normal.
"Curah hujan kita bahkan lebih tinggi dari Bogor yang disebut kota hujan itu. Cuma jarang kita publikasi," katanya.
Informasi masa puncak curah hujan penting bagi instansi tertentu. Misalnya saat puncak curah hujan, beberapa wilayah di Kota Timika siap-siap terendam banjir jika tak ada langkah antisipasi.
Kasus kesakitan malaria dipastikan akan naik signifikan di masa puncak curah hujan.
Sayangnya BMKG Timika belum pernah diajak bekerja sama oleh instansi terkait Pemkab setempat. (*)