Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Jember (Unej) bersama ratusan mahasiswa dan pemuda lintas agama menyalakan lilin dan doa bersama sebagai bentuk keprihatinan bangsa Indonesia terhadap korban demonstrasi menolak rancangan undang-undang bermasalah di Kendari dan korban kerusuhan di Wamena, Papua.
Aksi kemanusiaan bertema "Duka Mereka, Duka Kita Bersama" dengan menyalakan 1.000 lilin dan doa bersama tersebut digelar di depan pintu masuk Kampus Universitas Jember yang dilanjutkan shalat gaib dan tahlil di Gedung Keluarga Alumni Universitas Jember, Senin malam.
"Acara malam ini merupakan aksi yang dilakukan mahasiswa dalam merefleksikan seluruh kejadian tragedi kemanusiaan yang terjadi di Indonesia seperti tewasnya mahasiswa dalam penolakan RUU bermasalah dan korban kerusuhan di Wamena," kata Ketua BEM Unej Ahmad Fairuz Abadi.
Menurutnya aksi tuntaskan reformasi dianggap menjadi "kebangkitan" dari rakyat Indonesia karena banyak pihak, baik kalangan mahasiswa, pelajar, buruh, hingga masyarakat sipil bersama-sama menuntut penundaan pengesahan terhadap rancangan undang-undang bermasalah seperti RKUHP, revisi UU KPK, RUU Pertanahan dan lainnya.
"Kabar dukanya adalah aksi tersebut diwarnai dengan kericuhan yang pada akhirnya menimbulkan korban jiwa, pahlawan muda yang gugur dalam perjuangan yakni Randy dan Muhammad Yusuf Kardawi merupakan mahasiswa Universitas Halu Oleo dan Bagus Putra Mahendra (Pelajar SMK Al Jihad Tanjung Priok)," terangnya.
Selain itu, lanjut dia tragedi kemanusiaan juga terjadi saat kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua yang menewaskan lebih dari 30 orang disertai aksi pengrusakan sejumlah fasilitas umum dan rumah warga.
"Konflik yang terjadi diantara persaudaraan yaitu kericuhan Wamena, sehingga kemanusiaan menjadi salah satu hal yang dikorbankan dalam kejadian tersebut," katanya.
Ia berharap aksi lilin, doa bersama, shalat gaib, dan tahlil yang digelar mahasiswa di Unej dapat mendamaikan masyarakat Indonesia dalam menjaga keutuhan NKRI.
"Semoga damai tidak sekedar harapan yang didiamkan dan semoga damai dapat segera tercapai, sehingga kami menggelar doa dan dukungan terbaik untuk damai bagi kemanusiaan di Wamena," jelasnya.
Fairuz mengatakan aksi keprihatinan atas tragedi kemanusiaan tersebut diharapkan dapat mengajak seluruh mahasiswa di Indonesia untuk menundukkan kepala dan merefleksikan bersama karena duka mereka merupakan duka kita bersama, sehingga panjang umur perjuangan.
"Aksi damai 1.000 lilin itu mengajak mahasiswa sadar bahwa negeri tercinta ini tidak baik-baik saja, sehingga butuh kepedulian mahasiswa bergerak dalam menyatukan keutuhan NKRI dan menolak RUU bermasalah," tambahnya.