Flores Timur (ANTARA) - Sedikitnya 156 pengungsi bencana alam di kaki Gunung Ile Boleng, Flores Timur, menjalani perawatan medis akibat kelelahan saat menanti kedatangan Presiden Joko Widodo di Kampung Lamanele, Desa Nelelamadike, Jumat siang.
"Yang banyak ini faktor kelelahan. Siang ini 156 orang kita layani dan ada 15 orang sedang dalam perawatan intensif," kata Wakil Kepala Rumah Sakit Brimob Polri Kompol Ari Nando Pratama di Posko Kesehatan Polri Nelelamadike.
Ari mengatakan penduduk yang dirawat di tenda posko adalah korban luka bencana longsor di Kampung Lamanele yang memaksakan diri hadir ke lokasi untuk melihat kedatangan Presiden Joko Widodo.
Mereka meninggalkan tenda pengungsian menuju ke lokasi kedatangan Presiden Joko Widodo yang berjarak sekitar 50 meter dari tenda.
Ari mengatakan pasien yang dirawat mengalami luka kaki yang sobek, luka bernanah, hingga yang jatuh pingsan.
Cuaca di sekitar kaki Gunung Ile Boleng pada Jumat siang cukup terik. Cuaca di langit NTT berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BKMG), mencapai 32 derajat Celcius.
Ari tidak memungkiri bahwa faktor cuaca turut mempengaruhi stamina pengungsi selama berdiri sejak pagi hingga siang menanti kehadiran Presiden.
"Faktor cuaca mempengaruhi. Ada yang jatuh luka dan robek. Kebetulan delapan yang terdata mengalami pingsan. Butuh penanganan penjaitan luka dan sebagainya," katanya.
Saat ini ratusan pengungsi dan warga yang mengalami gangguan kesehatan dirawat di Tenda Kesehatan Polri yang didirikan secara darurat dekat tenda pengungsian.
Tenda perawatan darurat berukuran 4x9 meter persegi dilengkapi dengan tempat tidur lipat serta sejumlah stok obat-obatan. Ada satu dokter dan beberapa perawat yang mengisi tenda tersebut.
Selain pengungsi, penduduk dari berbagai desa di sekitar kaki Gunung Ile Boleng juga hadir di lokasi, seperti dari Desa Hadubala, Lamanele, Lowo Pao, Nobo Gaya, Lama Lakka.
"Yang saya tahu, baru hari ini Pak Presiden Joko Widodo menginjakkan kaki di kampung ini. Makanya saya datang untuk lihat," kata warga Kecamatan Witihama, Flores Timur, Willy Lamabelawa (43).