Jakarta (ANTARA) - Facebook berkomitmen untuk memastikan bahwa orang-orang di Indonesia menerima informasi terkini dan akurat. Secara global, perusahaan asal AS itu telah menghubungkan lebih dari 2 miliar orang ke otoritas kesehatan melalui Pusat Informasi COVID-19 miliknya, dan lebih dari 600 juta orang mengklik notifikasi pop-up di Instagram dan Facebook untuk mempelajari informasi tersebut lebih lanjut.
Facebook secara global pun menjalankan kampanye terbesar di seluruh dunia yang mempromosikan informasi tentang vaksin COVID-19 dengan membantu orang menemukan tempat dan waktu yang tepat agar pengguna bisa mengikuti vaksinasi, lalu menghapus klaim palsu tentang COVID-19 dan vaksin di atas platform Facebook, serta membantu pengguna mendeteksi dan meminimalkan penyebaran misinformasi kesehatan di komunitas mereka.
Di Indonesia Facebook turut membantu Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dan Kementerian Kesehatan untuk menyediakan informasi akurat tentang COVID-19.
Berikut adalah enam tips dari Facebook mengutip siaran persnya, Jumat, untuk menjaga komunitas di Indonesia tetap terinformasi secara memadai dan melawan misinformasi COVID-19 secara kolektif demi menjaga satu sama lain tetap aman di masa pandemi ini.
Dapatkan keseluruhan cerita, bukan hanya tajuk berita
Pengguna ada baiknya membaca keseluruhan berita dan hati- hati dengan gambar, angka, kutipan, dan tanggal yang tidak memiliki sumber, sudah usang, atau telah diambil di luar konteks.
Sumber tepercaya adalah pilihan teraman bagi Anda
Periksa bagian “Tentang” dari sumber tersebut atau lakukan pencarian cepat untuk mempelajari lebih lanjut.
Anda juga dapat memeriksa apakah otoritas kesehatan masyarakat mengonfirmasi atau menentang informasi tersebut.
Tentunya dengan demikian anda bisa memastikan sumber bacaan dan informasi yang anda terima termasuk sumber yang akurat atau bukan.
Bagikan fakta, bukan rumor
Cari petunjuk kecil yang mengarah ke informasi yang salah yaitu URL palsu, ejaan yang buruk, atau tata letak yang janggal.
Jika terasa terlalu banyak hal yang tidak sesuai, maka ada baiknya anda tidak perlu membagikan informasi itu.
Dapatkan konteks lengkap dari sumber yang kredibel
Cari laporan lain dari sumber yang dapat dipercaya untuk memverifikasi bahwa cerita tersebut mengandung informasi akurat dari otoritas kesehatan.
Jangan hanya terpaku pada satu sumber, di era informasi selain informasi yang bertebaran, tentunya semakin banyak cara juga untuk memastikan informasi itu benar atau tidak.
Dengan melakukan pemeriksaan ke sumber- sumber lain terkait informasi tersebut anda dapat memastikan benar atau tidaknya sebuah informasi yang anda terima di media sosial.
Jika cerita atau informasi yang tidak akurat baru saja dibagikan oleh teman atau anggota keluarga
Kirimkan pesan pribadi untuk memberitahu mereka bahwa informasi yang dibagikannya kurang tepat.
Lalu bagaimana jika ternyata unggahan tersebut terlanjur viral dan banyak disukai?
Ada baiknya anda melakukan koreksi publik secara halus dengan menyertakan tautan berisikan informasi akurat.
Pikir dulu sebelum membagikan
Beberapa cerita mungkin menggunakan bahasa emosional yang kuat tanpa memberikan fakta. Jadi coba #TahanDulu sebelum membagikan ceritanya ke orang lain.
Periksa keakuratannya dulu dan atau merujuklah ke sumber tepercaya seperti situs Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dan Halaman Kementerian Kesehatan.
Dengan demikian anda bisa melindungi diri sendiri, keluarga, serta lingkungan anda dari misinformasi yang bisa membuat kesalahapahaman.
Hingga Juli 2021, sebanyak 12 juta konten misinformasi tentang COVID-19 dan vaksinasi telah dihapus di platform Facebook secara global.
Selain itu unggahan sebanyak 167 juta konten telah ditandai salah oleh pemeriksa fakta atau “fact checker” dari pihak ketiga mengenai konten- kontenterkait COVID-19.
Rupanya ketika pengguna melihat label itu, artinya 95 persen dari mereka yang melihat konten tidak melihat konten orisinilnya.
Maka dari itu selain upaya pencegahan yang dilakukan oleh pengelola aplikasi dan berbagai otoritas di Pemerintah, masyarakat pun harus secara aktif melindungi dirinya sendiri dari informasi yang tidak benar sehingga tetap terlindungi dan tidak menjadi salah paham.