Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid mengajak para guru untuk menjadikan para santri cinta dan dekat dengan Al Quran, karena itu setiap hari para santri harus dibiasakan membaca Al Quran dan bersemangat mencari ilmu.
”Senang untuk mencari ilmu itu dasarnya adalah membaca, anak-anak harus sering diajak ke perpustakaan agar gemar membaca. Budaya membaca itu yang harus dikembangkan bagaimana anak-anak bergairah untuk membaca," kata Jazilul atau Gus Jazil dalam keterangannya, di Jakarta, Minggu.
Jazilul menyampaikan hal itu, saat bersama dengan Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani melakukan audiensi dengan para guru Pondok Pesantren (Ponpes) Modern Sunanul Muhtadin, di Desa Kertosono, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Sabtu (7/8).
Gus Jazil mengatakan para guru memiliki tugas mulia dan tidak gampang, karena itu, seorang guru dalam mendidik para santri harus serius serta melakukan dengan penuh keikhlasan.
"Guru dalam mengajar harus ikhlas. Kita para guru harus mendidik santri atau murid-murid layaknya mendidik anak kita sendiri," ujarnya.
Menurut dia, mendidik siswa bukan perkara mudah dan hasilnya pun tidak langsung bisa dilihat dalam waktu singkat karena proses jangka panjang.
"Kalau sekarang di Ponpes Sunanul Muhtadin baru ada SMP, ini hanya rangkaian awal. Ke depan akan kita buka SMK atau SMA. Jadikan tempat ini sebagai ladang untuk mendidik anak-anak menjadi generasi muda yang pintar, berkualitas," ujarnya.
Dia juga mengingatkan pentingnya menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, karena saat ini metode pembelajaran dengan banyak memberikan semacam hukuman seperti yang dulu sering diterapkan sudah tidak sesuai.
Gus Jazil mencontohkan santri usia SMP memang masih banyak waktu untuk bermain, maka cara pembelajaran juga perlu dengan banyak menyuguhkan permainan, sehingga proses belajar yang menyenangkan.
Dalam acara tersebut, Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani atau Gus Yani mengatakan, di tengah pandemi COVOD-19 saat ini, pendidikan menjadi persoalan serius yang perlu mendapatkan perhatian lebih.
"Sistem pembelajaran daring memang tidak cukup efektif, tantangan kita luar biasa, apalagi di dunia pendidikan. Saya takut ketika menghadapi situasi ini generasi ke depan seperti apa, saya khawatir akan mengalami generasi yang kosong karena kita belum terbiasa pendidikan daring," katanya pula.
Gus Yani menjelaskan, saat ini yang masih menerapkan proses belajar tatap muka hanya di pesantren, karena proses pendidikan daring yang belum cukup optimal.
Dia juga berpesan kepada para siswa dan guru yang melangsungkan pendidikan tatap muka, agar tetap menjaga protokol kesehatan dan diharapkan generasi muda harus terus berkarya serta bermanfaat.